Ani dan Danti

Minggu, 26 Juni 2022

  
cerita pendek ani dan danti


Pepohonan yang berdiri tegak di tepian danau menyejukkan siang yang terik. Melindungi pengunjung kedai dari teriknya mentari.

Petrichor hujan beberapa menit yang lalu masih tersisa. Bau khas antara sengatan matahari dan petrichor bercampur menjadi satu. Hujan di bulan Juni ini belum berakhir.

Beberapa pengunjung ada yang memilih duduk di bangku di bawah pohon karena ingin mendekati danau. Warna birunya air danau memantul, memberikan kedamaian pengunjung yang memandangnya.

Tampak beberapa pengunjung kedai menikmati makan siang. Ada pula yang hanya duduk dan bercengkrama dengan rekannya. Ada pula yang duduk menyendiri seolah menjauhi kerumunan.

"Permisi, jajannya, Tante?" ujar  Ani menawarkan dagangannya pada wanita yang sedang duduk di bangku tepi danau.

Danti, nama wanita tersebut menoleh memandangi gadis yang menawarkan dagangan padanya. Tanpa sepatah kata yang keluar dari bibir tipisnya. Netranya memandangi gadis di sampingnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. 

Ani merasa dirinya tidak diterima Danti, mengangkat kakinya perlahan dan melangkah mundur. Belum genap langkahnya mundur. Sebuah kalimat meluncur dari bibir mungilnya, "Jual apa, Dik?"

"Hmm, ada pastel, pisang goreng, lumpia, tahu isi, Tante" jawab Ani sambil menyodorkan keranjang dagangannya.

"Tinggal ini aja, silakan Tante," lanjut Ani.

"Siapa namanya?" tanya Danti.

"Ani, tante," jawab Ani.

"Kamu enggak sekolah?" tanya Danti.

"Sudah pulang Tante, tandi pulang awal, karena sudah selesai penilaian akhiir semester," jawab Ani.

"Enggak malu jualan seperti ini?" tanya Danti penuh selidik.

"Enggak, kan halal, kenapa harus malu?" jawab Ani sambil menggelengkan kepala.

"Aku hanya bisa membantu ibu dengan membantu ibu berjualan seperti ini. Aku berjualan sepulang sekolah. Aku bawa sebagian ke sekolah. Saat istirahat, aku bisa berjualan ke teman-teman," lanjut Ani.

"Tidak dilarang Guru kalau berjualan di sekolah?" tanya Danti lagi.

"Enggak, Aku minta izin dulu sebelum berjualan dan Bu Guru mengizinkan selama tidak mengganggu pelajaran. Aku kasihan sama Ibu kalau harus berjualan sendiri," jawab Ani.

"Permisi dulu ya Tante," pamit Ani.

"Eh saya kan belum beli, semuanya berapa?" tanya Danti.

"Maksudnya, Te?" tanya Ani tergagap.

"Iya saya beli semuanya, tolong dibungkus ya," lanjut Danti.

Ani pun segera memindahlan dagangannya ke dalam kantong-kantong plastik. Dikelompokkannya berdasarkan jenis kue. 

"Ini Tante," ujar Ani sambil menyodorkan kantong plastiknya.

Sejumlah uangpun disodorkan Danti.

"Banyaknya, Te," ujar Ani menanyakan sejumlah uang yang diberikan Danti.

"Sudah tidak apa-apa, untuk Ani saja ya. Salam untuk Ibu. Rajin belajar dan tetap bantu ibu ya," pesan Danti.

"Terima kasih banyak Tante," ujar Ani kegirangan dan beranjak meninggalkan Danti.

Danti terdiam, angannya teringat beberapa tahun yang lalu saat ia menjajakan dagangannya di pasar. Kisah Ani mirip dengan kisahnya dulu. Dini hari dia berjualan sebelum ke sekolah. Menjajakan gorengan  buatan neneknya.

Ayah dan ibunya meninggal karena sebuah kecelakaan maut. Kecelakaan karena ibunya berusaha mempertahankan tasnya saat dicopet. Namun naas, motor yang ditumpangi kedua orangtuanya terjatuh dan terlindas bus. 

Kini dia tinggal sendiri, neneknya telah meninggal sebulan yang lalu. Tepat seminggu setelah dia wisuda dari Universitas Terbuka.

Dia pun beranjak meninggalkan danau, kembali menuju kantor karena jam istirahat telah selesai. Kantong plastik yang dibawanya diberikan kepada teman-temanya yang telah selesai merayakan keberhasilan seorang teman yang mendapat jabatan baru.




Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel hingga akhir. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup.
Kritik dan saran membangun sangat dinanti.

Terima kasih