"Man Jadda Wajada"
-Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil-
Man Jadda Wajada, sebuah kalimat bak mantera ajaib yang ampuh bekerja dan menginspirasi penulisan novel perjuangan meraih mimpi, Negeri 5 Menara. Hal ini yang saya tangkap saat membacanya. Kalimat yang juga membius saya dan menginspirasi saya di saat saya terpuruk.
Jujurly membaca novel ini membuka banyak wawasan saya. Mulai dari perjuangan anak desa untuk mewujudkan mimpi, kehidupan di pesantren, keikhlasan semua orang yang terlibat dalam proses mengajar mengajar di pesantren, terutama para pendidik dan pengurus, hingga kegigihan santri untuk mewujudkan mimpinya.
Walaupun novel ini telah dicetak sejak 2009, tetapi saya baru membelinya di November 2023. Sebuah hadiah kecil untuk diri sendiri atas pencapaian yang telah saya lakukan. SAlah satu cara saya untuk menyemangati diri sendiri dan menciptakan bahagia. Dan akhirnya saya berhasil menuntaskan membacanya beberapa bulan kemudian.
Novel perjuangan meraih mimpi yang menceritakan Alif, tokoh utama novel ini terlalu bagus untuk saya simpan sendiri. Oleh karena itu, saya ingin berbagi dengan Sobat Dy. Mungkin Sobat Dy sudah pernah menonton filmnya atau membaca novelnya, tidak salahnya saya berbagi cerita tentang novel apik ini dari sudut pandang saya, bukan.
Spesifikasi Buku
Judul Buku : Negeri 5 Menara
Penulis: Ahmad Fuadi
Penerbit :Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Jumlah Halaman: 418
ISBN: 978-979-22-4861-6
Sebuah novel yang terinspirasi pengalaman penulis saat menempuh pendidikan di Pondok Modern Gontor. Sebuah keterpaksaan yang kemudia berubah menjadi kesyukuran. Novel yang cukup tebal ini berhasil saya taklukan juga akhirnya secara saya sudah lama sekali tidak membaca novel apalagi yang tebalnya sampai 400an halaman.
Trilogi Novel Negeri 5 Menara
Novel Negeri 5 Menara merupakannovel pertama dari trilogi novel karya Ahmad Fuadi. Berhubung novelnya sudah terbit beberapa tahun sebelumnya, saya pun membacanya tidak urut. Saya memulai membaca buku kedua dari trilogi ini, yaitu Rantau 1 Muara yang saya pinjam di Ipunas.
Walaupun trilogi, yang umumnya dibaca berurutan, Sobat Dy tetap dapat membacanya tidak berurutan seperti saya. Tidak perlu khawatir tidak 'nyambung', karena setiap novel memiliki topik ceritanya masing-masing.
Alur maju mundur juga membantu pembaca untuk memahami sosok Alif saat menjadi santri hingga menjadi seorang wartawan setelah selesai menempuh pendidikan S2nya di salah satu perguruan tinggi di Washington, USA.
Di Rantau 1 Muara bercerita tentang perantauan Alif dan istrinya di Washington. Alif mendapatkan beasiswa di salah satu perguruan tinggi di sana dan istrinya yang bekerja sebagai wartawan. Setelah lulus Alif pun bekerja menjadi wartawan di kantor yang sama dengan istrinya. Selain itu, saat menara kembar WTC dibom pun juga menjadi bahan cerita di novel Rantau 1 Muara.
Sedangkan novel Negeri 5 Menara bercerita tentang kehidupan di pesantren Pondok Madani yang ditempuh Alif dan persahabatannya dengan Atang, Dulmajid, Said, Raja, dan Baso. Enam santri yang tidak takut bermimpi walaupun tidak tahu caranya bagaimana mewujudkan impiannya. Hingga mereka meraih mimpinya berada di benua impian mereka masing-masing yang digambarkan sebagai menara.
Saya belum bisa bercerita tentang novel ketiga, Ranah 3 Warna yang merupakan penutup trilogi ini. Nanti jika saya sudah membacanya, insyaallah saya bagi reviewnya dengan Sobat Dy.
Review Novel Perjuangan Meraih Mimpi Negeri 5 Menara
Pilihan Alif untuk melanjutkan pendidikan setelah menyelesaikan pendidikan di Tsanawiyah (setingkat SMP) adalah SMA. Namun, pilihan itu harus kandas karena Amak, panggilan ibu di sebagian besar daerah Minang, memintanya untuk melanjutkan ke Madrasah Aliyah (setingkat SMA).
Alif tentu saja kecewa karena tidak dapat melanjutkan ke SMA pilihannya, tetapi di sisi lain dia juga tidak dapat membantah Amak yang tidak menginginkan Alif masuk SMA. Sebuah keinginan sederhana seorang ibu yang ingin anaknya kelak menjadi pemimpin agama.
Singkat cerita Alif, memilih untuk melanjutkan pendidikan ke Pondok Madani yang lokasinya di Jawa Timur. Lokasinya jauh sekali dari Sumatera Barat, dimana keluarga mereka tinggal. Pilihan setengah hati itu dilakukannya demi menjawab keinginan Amak untuk melanjutkan pendidikan di sekolah agama.
Membutuhkan waktu beberapa hari menggunakan bis dari Maninjau, Bukittinggi, Sumatera Barat menuju Ponorogo, Jawa Timur. Diantar ayahnya Alif mendaftar ujian masuk hingga pengumuman kelolosan tes penerimaan menjadi santri di Pondok Madani.
Di novel perjuangan meraih mimpi ini saya mendapatkan gambaran mengenai kehidupan di pondok. Pendiidkan di Pondok Madani berlangsung selama 24 jam, dengan tujuan menghasilkan manusia mandiri yang tangguh.
Di Pondok Madani Alif bersahabat dengan Atang, Dulmajid, Said, Raja, dan Baso. Mereka berenam tinggal di kamar yang sama dengan santri yang lain. Sama seperti pesantren pada umumnya, satu kamar ditempati beberapa santri. Tidurnya pun menggunakan kasur dan ada lemari kecil untuk menyimpan pakaian santri.
Mereka berenam gemar berada di bawah menara Masjid untuk berdiskusi, belajar hingga melambungkan angan setinggi langit. Tanpa tahu bagaimana memperjuangkan dan mewujudkan mimpinya.
Tak terasa pendidikan empat tahun di Pondok Madani pun akan berakhir. Bukan sebuah perjalanan yang mudah, perjalanan yang penuh suka dan duka telah mereka lalui. Mulai dari hapalan surat, mengerjakan tumpukan tugas, menahan rindunya dengan keluarga yang terpisah jauh dan lainnya.
Di akhir masa pendidikan mereka pun termenung memikirkan hendak kemana, apakah melanjutkan pendidikan atau yang lainnya.
Orang pandai dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
hal 211, Negeri 5 Menara
Paragraf di atas merupakan syair karya Imam Syafii yang disampaiakn Ustadz Faris. Pesan yang diresapi Sohibul Menara, sebutan untuk persahabatan mereka berenam. Pesan yang membuat pikiran mereka berkecamuk memikirkan hal berikutnya yang ingin mereka lakukan.
Sedangkan Fikri ragu-ragu untuk mewujudkan mimpinya menuntut ilmu ke luar negeri, jika perlu sampai ke Amerika. "Man Jadda Wajada, Bismillah." Aku yakin Tuhan Maha Mendengar, batin Alif.
Mantra ajaib yang entah bagaimana bekerjanya mampu memberikan suntikan semangat Alif dan sahabatnya, juga santri yang lain dalam mewujudkan cita-cita. Namun, sebelum lulus mereka harus menempuh ujian yang super duper sulit. ada ujian tulis dan ujian tanya jawab. Ujian akhir ini mengujikan semua materi yang dipelajari sejak awal masuk Pondok Madani.
Saya membayangkannya seperti ujian skripsi ya, tetapi lebih sulit, secara yang diujikan adalah ilmu agama. O iya ujiannya tidak menggunakan bahasa Indonesia, lo, tetapi menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab. 2 bahasa yang diperkenankan digunakan selama proses pendidikan di Pondok Madani.
Novel ini juga menceritakan Alif yang bertemu dengan Atang, sahabatnya yang tinggal di Kairo sesuai dengan impiannya dan Alif yang tinggal di Washington. ALur maju ini sedikit menceritakan tentang novel lanjutannya yang diceritakan lebih detail di Rantau 1 Muara.
Penutup Review Novel Negeri 5 Menara
Jujurly, saya puas membaca novel ini. dan saya menikmati setiap bab dalam novel ini yang dituturkan A. Fuadi dengan apik. Bagi saya yang awam dengan dunia pesantren jadi mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan di pesantren.
Kisah inspiratif perjuangan 6 sahabat untuk mewujudkan mimpi diceritakan cukup detail oleh A. Fuadi dalam novel perjuangan meraih mimpi, Negeri 5 Menara. Tak sabar ingin segera membaca trilogi yang terakhir Ranah 3 warna.
Selamat membaca, semoga bermanfaat ya.