Hari ini adalah tanggal 1 Ramadan 1444 Hijriah, merupakan bulan dimana umat muslim menunaikan rukun Islam yang keempat yaitu puasa. Bulan Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat muslim. Oleh karena itu serangkaian kegiatan diadakan untuk menyambutnya.
Ada banyak cerita untuk menyambut Ramadan. Begitu pula di Indonesia yang terdiri dari beragam budaya dan adat istiadat, sehingga memiliki berbagai macam tradisi untuk menyambut bulan mulia ini. Diantaranya adalah tradisi megengan yang ada di Jawa Timur. Di daerah lain juga mungkin ada serangkaian kegiatan yang hampir mirip atau mungkin berbeda dengan tradisi di Jawa Timur.
Keistimewaan Ramadan
Bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa karena pada bulan Ramadan, Al-Qur'an diturunkan sebagai petunjuk umat muslim. Al-Qur'an diturunkan pada 17 Ramadan 610 M yang selanjutnya diperingati sebagai malam Nuzulul Qur'an.
Selain itu pada bulan Ramadan juga terdapat malam seribu bulan yaitu malam Lailatul Qadar. Salah satu malam yang terletak di antara sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadan ini diyakini bahwa ibadah yang dilakukan pada malam tersebut akan mendapatkan pahala sebesar pahala yang dilakukan selama seribu bulan.
Oleh karena itu serangkaian aktivitas dilakukan oleh umat muslim dimanapun berada, sehingga ada beberapa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di sejumlah daerah untuk menyambut datangnya bulan Ramadan.
Tradisi Megengan
Tradisi megengan merupakan salah satu kearifan lokal yang perlu dilestarikan. Tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur untuk menyambut datanganya buka Ramadan.
Megengan merupakan kata yang berasal dari kata megeng (bahasa Jawa) yang berarti menahan. Saat bulan Ramadan, seluruh umat Islam diwajibkan untuk berpuasa, yaitu menahan semua perbuatan yang dapat membatalkan puasa, seperti makan dan minum. Selain itu, megengan juga mempunyai makna permohonan maaf bagi sesama.
Jika ditilik dari sejarah, megengan merupakan akulturasi budaya Jawa dan budaya Islam yang dilakukan oleh Walisongo saat menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar Islam dapat diterima oleh masyarakat.
Megengan dilaksanakan pada akhir bulan Sya'ban, bulan sebelum bulan Ramadan. Megengan merupakan wujud rasa syukur karena dapat bertemu dengan bulan salah satu bulan mulia. Wujud rasa syukur tersebut berupa membagikan makanan pada warga sekitar.
Umumnya sebelum melakukan tradisi megengan, masyarakat melakukan nyekar, yaitu berkunjung ke makam untuk berdoa dan menabur bunga.
Khas Tradisi Megengan
Dalam tradisi megengan, sebagian warga ada yang membagikan makanan berupa nasi lengkap dengan sayur dan lauknya. Namun, ada juga yang membagikan kue. Ada ciri khas pada makana yang dibagikan yaitu adanya apem dan pisang di dalamnya.
Adanya apem dan pisang dalam tradisi megengan bukan tanpa alasan. Namun, ada filosofi yang menjadi latar belakang mengapa selalu ada apem dan pisang pada tradisi megengan.
Bentuk apem yang bulat dan bentuk pisang yang memanjang jika digabungkan maka bentuknya menyerupai sebuah payung. Makna keduanya adalah sebagai bentuk perlindungan diri dari hambatan ketika sedang menjalankan ibadah puasa.
Selain itu, kue tradisional dengan bahan dasar tepung ini merupakan simbol pengampunan dari Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan pisang mempunyai makna sebagai pengingat agar selalu berbuat baik. Tahukah Sobat Dy bahwa pisang hanya berbuah sekali dan kemudian mati? Oleh karena itu diharapkan seseorang senantiasa berbuat baik, memberikan manfaat, terlebih sebelum dirinya meninggal.
Penutup
Itulah mengapa apem dan pisang senantiasa ada dalam tradisi megengan, karena sebagai bentuk rasa syukur bertemu dengan bulan Ramadan juga sebagai pengingat dan sebagai simbol pengampunan.
Bagaimana tradisi menyambut Ramadan di daerah Sobat Dy tinggal? Cerita yuk di kolom komentar.
Referensi
1.https://mediaindonesia.com/ramadan/567535/mengenal-megengan-tradisi-menyambut-ramadan-masyarakat-jawa
2. https://regional.kompas.com/read/2023/03/06/143401278/mengenal-megengan-tradisi-menyambut-ramadhan-di-jawa
3. https://beritajatim.com/ragam/filosofi-apem-dan-pisang-dalam-tradisi-megengan-di-jawa-timur-menyambut-ramadhan/