Pola asuh yang dilakukan orang tua tentunya akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak-anak, bukan. Pola asuh yang baik untuk anak akan memberikan dampak yang baik untuk kepribadian anak. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Sepakat atau sepakat?
Sobat Dy mungkin masih ingat beberapa kasus bullying yang terjadi pada anak akhir-akhir ini. Atau kasus kenakalan anak lainnya sehingga anak-anak tersebut akhirnya harus berhadapan dengan hukum.
Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak (KPAI) bahwa selama periode 2018 hingga 2020 ada 655 anak yang harus berhadapan dengan hukum. Ada juga kasus kekerasan yang dilakukan orang dewasa muda pada teman dekatnya.
Miris bukan mendengar atau membaca beritanya yang beredar di media baik online maupun offline. Tak dapat dipungkiri beberapa kasus tersebut terkait dengan pola asuh yang dilakukan orang tuanya.
Sejatinya anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Terutama saat usia dini. Hal ini sangat berpengaruh pada karakter dan perilakunya kelak.
Sobat Dy penasaran bagaimana pola asuh yang baik untuk anak? Yuk, simak hingga akhir artikel ya. Kita akan belajar sama-sama tentang pola asuh anak.
Mengenal Pola Asuh Yang Baik Untuk Anak
Sebelum memilih pola asuh yang baik untuk anak, ada baiknya untuk mengetahui jenis pola asuh yang ada.
Otoritatif atau demokratis
Pola asuh otoritatif atau demokratis merupakan pola asuh yang mengutamakan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. Namun, orang tua juga memberikan batasan yang tegas dan mendorong anak untuk bersikap mandiri.
Sehingga hubungan keduanya pun baik. Orang tua umumnya memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang aturan yang ditetapkan.
Positifnya, hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak terjalin baik. Selain itu, orang tua akan mendukung hal positif yang dilakukan anak, karena orang tua mengetahui kegiatan anak-anak.
Manfaat yang akan diperoleh jika menerapkan pola asuh otoritatif terhadap anak adalah
-Tumbuh menjadi individu yang bahagia, cakap, percaya diri, dan bertanggung jawab.
-Dapat mengelola emosi negatif dengan lebih efektif
-Menjadi pribadi yang mandiri
-Mampu berinteraksi dengan baik
-Cenderung tidak menunjukkan kekerasan
-Memiliki kesehatan mental yang baik
-Memiliki keterampilan sosial yang baik
-Cenderung dapat mencapai prestasi akademik
Permisif
Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang memprioritaskan kenyamanan untuk anak. Selain itu orang tua cenderung tidak menerapkan aturan dan batasan yang jelas. Sehingga anak jarang mendapatkan hukuman jika anak melanggarnya. Orang tua cenderung memanjakan anak.dan susah untuk berkata 'tidak'.
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini juga beranggapan bahwa memberikan kebebasan pada anak untuk membuat keputusannya sendiri merupakan cara yang terbaik bagi anak
Akibat yang mungkin timbul pada anak-anak jika orang tua menerapkan pola asuh permisif adalah
-Tidak mandiri
-Tidak dapat mengikuti aturan
-Memiliki risiko obesitas dan masalah kesehatan
-Memiliki kontrol diri yang kurang baik
-Cenderung berisiko memiliki masalah dalam hubungan dan interaksi sosial
Otoriter
Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang menerapkan kontrol yang tinggi terhadap anak dan mengutamakan komunikasi satu arah melalui berbagai larangan dan perintah yang ketat. Batasan yang diterapkan orang tua cukup tinggi.
Hukuman atau disiplin yang diterapkan keras. umumnya hukuman yang diberikan berupa hukuman fisik. Hal ini juga berisiko memengaruhi kesehatan mental anak.
Dampak yang ditimbulkan pada anak jika orang tua menerapkan pola asuh ini yaitu:
-Takut salah
-Sulit mengambil keputusan sendiri
-Pasif atau jarang mengambil inisiatif
-Tidak berani mengungkapkan pendapat atau ide
-Merasa rendah diri
-Tidak percaya diri
-Rasa ingin tahu dan spontanitas yang rendah
-Anak akan memberontak suatu saat nanti
Dampak positif pada anak yang timbul adalah
-Anak lebih mampu menaati instruksi untuk mencapai sebuah tujuan
-Anak tumbuh dengan perilaku yang baik karena anak mengetahui konsekuensi terhadap perilaku yang dilakukan
Neglectfull atau abai
Pola asuh neglectfull merupakan pola asuh yang tidak memberikan batasan yang tegas terhadap anak, tidak memerhatikan kebutuhan anak, enggan terlibat dalam kehidupan anak.
Dampak pola asuh ini terhadap pertumbuhan anak, yaitu:
-Kurang percaya diri
-Merasa rendah diri
-Tidak mampu mengatur emosi
-Memiliki risiko terkena gangguan mental
-Terlihat tidak bahagia
-Lebih impulsif
Namun, pola asuh ini juga mempunyai dampak positif yaitu anak menjadi lebih tangguh dan mandiri dibandingkan anak yang diasuh dengan pola pengasuhan yang lain.
Penutup
Berdasarkan pola asuh yang disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh otorisasi atau demokratis yang ideal. Namun, tidak ada yang sempurna. Sobat Dy dapat menggabungkan berbagai pola asuh yang ada disesuaikan dengan kondisi keluarga.
Bagaimanapun juga anak adalah amanah, sehingga pendidikan dan pengasuhan anak merupakan tanggung jawab orang tua. Sobat Dy juga dapat mempelajari 3 tahapan mendidik anak menurut Ali bin Abi Thalib.
Semoga artikel di atas bermanfaat. Sobat Dy sharing yuk tentang pola asuh yang diterapkan pada anak di kolom komentar.
Referensi
1. https://www.dancow.co.id/artikel/6-plus/4-tipe-pola-asuh-anak
2. https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/jenis-jenis-pola-asuh-orang-tua
Masyaallah bermanfaat sekali, Mbak. Jadi berefleksi lagi pola asuh seperti apa yang sudah diterapkan. Niat hati ingin otorisasi, tapi tidak murni karena masih suka permisif, bahkan kadang otoriter. Astaghfirullah. Semoga Allah mudahkan kita membersamai anak ya Mbak. Vita mamanesia.com
BalasHapusMenjadi orang tua yang mindful tidak selalu mudah ya Mbak :'(
Hapusmasih belajar juga tentang pola asuh yang autoritatif meskipun biasanya yang keluar malah otoriter hiikkss..semoga kita semua dimampukan yaa mba
BalasHapusSama mbak, tapi terus dan terus berlajar ya mbak... Semoga suatu saat nanti kita bisa nerapin pola asuh yang ideal yang bisa mendukung tumbuh kembang anak-anak. uhuhu....Kalau aku ngerasa melakukan kesalahan, selalu berdoa semoga Allah tidak membekaskan luka dihati anak-anak kepada ku. Karena semua orang tua masih proses belajar,,,
HapusInformasinya bermanfaat sekali mbak, bisa jadi renungan dan lebih paham tentang pola asuh anak. Walau tidak mudah penerapannya, tetapi tetap harus dicoba.
BalasHapusberasa dapat mata kuliah parenting ber-SKS SKS nih. tapi dikasih tugas dosennya buat belajar lagi, huhuhu
BalasHapusSebagai anak, saya pernah mengalami pengasuhan orang tua yang otoriter. Setelah jadi ibu, saya belajar untuk mengasuh anak secara otorisasi dan demokratis. Masih terus belajar dan praktek semaksimal mungkin, karena sesekali masih terselip permisif dan otoriter juga.
BalasHapusKayaknya zaman dulu orang tua kita banyak mendidik dengan cara begitu ya mbak. Mungkin juga pengaruh tren atau pembelajaran yang turun temurun. Aku mengkombinasikan semua tipe ini dalam pola pengasuhan anakku. Kadang otoriter kadang jg demokratis tergantung situasi.
HapusMenghindari banget menerapkan pola asuh otoriter kepada anak-anak. Dan lebih memilih pola asuh demokratis. Karena aku sendiri dulu berada dilingkungan keluarga dengan pola asuh demokratis. Kupikir ini lebih cocok buat anak-anakku
BalasHapusAda macam-macam pola asuh ini bisa jadi pilihan buat para orangtua, termasuk juga yang belum menikah ini jadi punya persiapan yang mantap perihal pola asuh anak
BalasHapusInformasi yang bermanfaat. Saya ini masih belajar karena baru 2 tahun jadi orang tua. Semoga bisa mendidik anak dengan pola asuh yang demokratis.
BalasHapusNgeri kalau pola pengasuhan otoriter yah. Memang beberapa kali aku lihat ortu yg orotiter. Sayangnya, efek ortu otoriter, anaknya malah engga pede, takut salah...
BalasHapusAku banget ini yang membiasakan diri anakku untuk mandiri bahkan mengajak dia untuk selalu ikut andil dalam melakukan sesuatu. Tapi sayangnya bapaknya ini yang memiliki pola asuh permisif, yang membuat worried juga.
BalasHapusKalo saya teemasuk yang lebih disiplin sama anakku. Tapi ladang selalu dimanja sama ibunya jadinya belum keliatan bentuk karakternya
BalasHapusBanyak juga rupanya jenis-jenis pola asuh. Aku jadi berpikir, aku termasuk pola asuh yang mana. Nggak terlalu fokus ke salah satu sih, tapi aku tahu memiliki kecenderungan pada bagian mana. Rata-rata hampir semuanya pernah ku pakai. Tinggal penempatannya aja, kapan dan dimana diterapkan.
BalasHapusOrang tua harus betul-betul memahami berbagai jenis pola asuh, sehingga bisa menentukanmana yang paling tepat bagi anak-anak
BalasHapusAh. Akhirnya dapat yang saya cari. Apa saja jenis pola asuh. Jadi macam-macam emang yang. Yang ideal yang otorisasi dan demokratis. Nah bisa kali ya keduanya digabungin biar lebih maksimal.
BalasHapusMenjadi orangtua itu memang kudu tau celahnya anak banget yaa.. Ka Dy.
BalasHapusCara berkomunikasi, treatment dan sikap kudu disesuaikan dengan karakter anak.
Semoga dengan pola asuh yang kita yakini bisa menumbuhkan kebaikan dan fitrahnya, anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat memegang prinsip kebenaran berdasarkan Al-Qur'an dan hadits.
Sejak kecil, ortuku tuh udh demokratis bgt kl ngelakuin sesuatu. Selama aku bertanggung jwb thd yg aku lakukan dan selalu ngomong dulu kl mau melakukan sesuatu, ya udh jalanin. Yg pntg selalu bwrkomunikasi dgn ortu kl ada apa2 sih.
BalasHapusSetuju pola asuh demokratis paling bagus. Namun masih banyak orang tu menerapkan pola asuh otoriter. Ini bisa juga Karena mengikuti pola asuh orang tua dulu.
BalasHapusAku jadi lebih paham bedanya otoritatif dan permisif. Kayaknya yang otoritatif itu keren ya, bisa bikin anak jadi bahagia, mandiri, dan bisa atur emosi lebih baik. Tapi yang permisif juga kayaknya seru, tapi kudu hati-hati biar anaknya tetep bisa atur diri sendiri. Jadi, kayaknya gabungan keduanya bakal bagus deh! 🌟
BalasHapusKalau saya sepertinya demokratis tapi sesekali otoriter juga. Haha...
BalasHapusKalau pas anak bandel langsyudah sistem otoriternya itu keluar secara sendiri nya
Pastinya buat kebaikan anak juga ya
Terkadang, apa yg menimpa pada anak-anak bisa jadi diakibatkan oleh pola asuh kita sebagai orang tua.
BalasHapusPola asuh yang kurang tepat membuat anak-anak bisa mibder, tidak mengkkuti aturan dan lainnya.
Semoga kita jadi orang tua yg otoritatif dan demokratis.
Miris banget baca catatan KPAI, huhu.. Pola asuh demokratis sih yg paling bener. Parents juga harus konsisten dan super sabar pastinya.
BalasHapusSecara teori memang yang demokratis lebih ideal ya. Cuma kadang dalam praktik suka campur sama otoriter hihi. Harus belajar lagi manajemen emosi atau ego
BalasHapusPola asuh yang otoritatif memang ideal banget ya dalam mendidik anak. Tapi sering kali saya kadang tidak sepaham dengan pasangan dalam memberikan hukuman yang pas kalau anak tidak menaatinya, hufft. Terima kasi atas informasinya ya mba
BalasHapussudah hampir 10 tahun menjadi ibu, tapi bagiku belajar pola asuh yang tepat untuk anakku masih sangat perlu
BalasHapusmelalui artikel ini banyak masukan mengenai pola asuh yang aku dapatkan
Wah artikel yang menarik.. namun menurut aku pola asuh terbaik itu tetap jatuh pada keterlibatan ibu dan ayah untuk bersama membersamai si buah hati :)
BalasHapusSetiap keluarga memiliki pola asuh yang terbaik menurut kondisi keluarganya masing-masing. Setiap pola asuh memang ada kelebihan dan kekurangannya. Dan yang pasti orang tua punya tanggung jawab untuk mengasuh dan dan mendidik anak mereka.
BalasHapusMaunya sih otorisasi tapi kadang tetep ada sisi otoriternya. Tergantung kondisi saat itu juga sih.
BalasHapusKalau saya lebih senang memberi kebebasan pada anak untuk memilih sesuatu sambil tetap diberi batasan yang tidak boleh dilanggar. Menurut pengamatan, cara seperti ini membuat anak terbiasa berpikir logis. Tapi di sisi lain, kami berdua harus adu argumen ekstra panjang sebelum memutuskan pilihan. Semoga kita semua diberi kemudahan ya kak
BalasHapusbicara soal pola asuh bisa disesuaikan dengan value keluarga sih ya kalo menurut aku. setiap orangtua pastinya punya pertimbangan masing - masing dan ini harus di komunikasikan dengan pasangan.
BalasHapusKeluarga terutama pola asuh yang diterapkan orangtua yang banyak membentuk anak di masa dewasa saat terjun bermasyarakat kelak. Senang sekali, saya jadi belajar mengenai jenis pola asuh dilengkapi dampak yang bisa timbul bila diterapkan dalam keluarga.
BalasHapusKlo udah bahas tentang pola asuh anak, aku agak menarik diri nih, hahaha karena anak besarnya gak di dekat badanku.
BalasHapusTapi di sisi lain bersyukur, pola asuh yang anakku dapat tuh kombinasi deh kayaknya. Gayaku beda, neneknya beda, kakeknya beda, lalu ada om dan tante (adik2ku) yang tinggal serumah sama dia di masa kanak-kanak dan remajanya.
Alhamdulilahnya, dari kecil sampai sebesar sekarang gak terlalu banyak masalah berarti, anakku bisa memutuskan apa yang baik untuknya dan tahu risiko-risiko apa yang dia hadapi untuk setiap keputusan yang dia ambil.
Artikelnya bermanfaat banget nih. Jadi bahan renungan, soalnya saya kadang masih permisi ke anak. Moga nanti bisa otoritatif ya
BalasHapusSetujuuu, kayanya emang ga ada pola asuh yg bener bener sempurna ya kak.. semuanya butuh penyesuaian masing masing yaaa.. yang penting sebagai ibu, kita dah nyoba yag terbaik untuk anak ya kak
BalasHapusJadi belajar banyak nih tentang bagaimana pola asuh yang baik untuk anak. Karena apa yang kita anggap baik belum tentu baik untuk anak. Makasih mbak, jadi belajar lagi deh aku.
BalasHapusPola asuh yang ada bisa dipilih oleh semua orang tua sesuai keinginana masing-masing. Namun demkkia orang tua juga perlu tahu plus minus daei setiap pola asuh
BalasHapusMasih terus belajar tentang pola asuh anak ini. Orangtua memang harus mau terus belajar kan ya, agar bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
BalasHapusSaat ini anak2 perlu diberikan kesempatan utk mengembangkan kemampuan berpikir secara demokratis. Namun, bukan berarti orangtua melepaskannya begitu saja. Menanamkan adab juga penting agar anak2 punya bekal bagaimana harus bertingkah laku di dalam masyarakat nantinya.
BalasHapusMenarik nih kalau menerapkan pola asuh otoritatif karena anak bisa tumbuh menjadi individu yang bahagia, cakap, percaya diri, dan bertanggung jawab. Bahkan bisa mengelola emosi negatif dengan lebih efektif
BalasHapusMemang tidak ada satu pola asuh yang benar-benar sempurna untuk diterapkan secara penuh. Semua harus dikombinasi dan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik dalam keluarga masing-masing, ya.
BalasHapuskalau zaman sekarang yang pasti gak bisa keras sih dalam mendidik anak, karena Gen Z gak bakal masuk kalau dikasih pemahaman yang keras.
BalasHapusYa Allah mksh remindernya kak semoga bs jadi ortu yg baik utk anak-anak
BalasHapusAku belum punya anak ya. Cuma menurutku terkait pola asuh nih kudu menyesuaikan dengan kondisi anaknya juga ya. Tapi, demokratis emang oke sih.
BalasHapusSepertinya pola asuh yang diterapkan orang tuaku gabungan dari keempatnya, kadang permisif karena anak bungsu jadi ya agak dimanja. Kadang otoriter kalau masalah agama, kadang juga demokrasi bisa diajak ngobrol
BalasHapusSebagai calon orang tua, kita semua tentu ingin menerapkan pola asuh demokratis. Sayangnya, teori tidak pernah semudah praktiknya. Kadang kala luka pengasuhan yang dulu diterima dari ortu sebelumnya, membekas, dan menjadikan kita untuk cari bahan pelampiasan. Terpenting, adalah dapat mengobati luka itu terlebih dahulu, dan berdoa agar hati selalu dikuatkan. Curhat dengan tenaga ahli atau psikologi
BalasHapusternyata pola asuh juga ada banyak ya. Inginnya sih menerapkan pola asuh yang demokratis tapi sepertinya memang kombinasi dari semua pola asuh pada akhirnya. Tapi nggapola asuh yang abai juga sih.
BalasHapusMasih berusaha untuk menerapkan pola asuh otoritatif. Tapi saat tidak mindfulness dan ke trigerred auto pola asuh otoriter dah. Huft
BalasHapusMbak, kebingungannku dalam mendidik anak, takut salah langkah,, karena ini amanah juga, Ya Allah mudahkan untuk kita mendiidk anak anak kita, terima kasih mbak tipsnya, buat saya dana suami evaluasi dalam mendidik anak..
BalasHapuswah tapi dari keempat pola asuh, yang paling banyak diterapkan dan yang paling bagus yang mana mbak?
BalasHapusJadi kepikiran sehabis baca ini, pola asuh anak saya termasuk yang mana, ya? Mudah-mudahan yang terbaik sih untuk tumbuh kembang psikologis nya, dan yang jelas sebagai orang tua harus banyak belajar lagi dengan pola asuh yang sesuai dengan kepribadian anak
BalasHapusSebagai anak seorang tentara, orang tua saya dulu mendidik anak-anaknya dengan keras, disiplin dan otoriter. Tetapi untuk anak generasi Z (anak-anak saya) pola asuh yang diterapkan sebaiknya adalah kombinasi ke-3 pola asuh di atas.
BalasHapusTernyata otoriter dan otoritatif itu berbeda, hampir saja kecela. Saya sepakat, Mbak, bahwa pola asuh otoritatif atau demokratis itu yang ideal. Namun, ada hal-hal yang tidak bisa ditawar-tawar, seperti hal yang berhubungan agama. Jadi, jenis pola asuhnya bisa digabung sesuai kebutuhan.
BalasHapusAku tim kombinasi mbak dy, gimana sikon dan situasi anakku, apalagi di masa toddler ini beberapa momen harus agak tegas sama anakku huhu
BalasHapusSaya baru tau kalau polae asuh ini ada berbagai macam dengan nama dan cirinya masing-masing. Terimakasih mbak atas sharingnya. Bisa jadi bekal kelak kalau sudah jadi orang tua nih.
BalasHapusAnak jaman sekarang beda dengan jaman kita dulu yaa...jadi pola asuh anak jaman sekarang memang kita orang tua harus bisa jadi teman mereka, tempat curhat mereka supaya tidak salah orang ya ga sih...tq mb sharing2nyaa (gusti yeni)
BalasHapusAwalnya saya pikir pola asuh yang disebutkan di atas semuanya buruk. Namun, ternyata jika dipraktikkan secara seimbang, bisa menjadi pola asuh yang baik bagi anak ya, Mbak.
BalasHapusPola asuh sangat berdampak pada perkembangan anak terutama psikisnya. Terima kasih ilmunya mba
BalasHapusmengenai cara mendidik anak ini, memang harus punya senjata ampuh dengan menerapkan pola asuh yang tepat buat anak ya, apalagi tantangan mendidik era sekarang yang sungguh kompleks
BalasHapusJadi orang tua adalah tempat belajar setiap hari, ya, Mba. Kita harus terus berusaha menjadi yang terbaik. Teori dapat dijadikan sumber rujukan tetapi dalam aplikasi bisa dikombinasi, ya, Mba.
BalasHapusSepakat sekali, Mbak.bahwa pola asuh akan sangat menentukan perkembangan anak. Idealnya memang pola asuh demokratis yang diterapkan n ya. Tapi kembali lagi kondisi di lapangan, setiap keluarga, punya kekhasan masing-masing. Jadi tiap keluarga akan punya corak tersendiri. Yang terpenting ortu selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk anak-anak ya...
BalasHapus