Sentuhan boleh
Sentuhan boleh
Kepala tangan kaki
Karena sayang karena sayang
Karena sayang
Sentuhan tidak boleh
Sentuhan tidak boleh
Yang tertutup baju dalam
Hanya diriku hanya diriku
Yang boleh menyentuh
Sepenggal lirik lagu Sentuhan Boleh Sentuhan Tidak Boleh ini dulu kerap saya nyanyikan bersama anak-anak. Sejak anak berusia batita atau di bawah tiga tahun hingga mereka paham sentuhan mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh orang lain pada diri anak-anak.
Selain itu, saya juga berusaha memahamkan anak-anak yang harus mereka lakukan jika ada orang lain yang menyentuh area yang 'tidak boleh disentuh.' Langkah ini saya lakukan hanya agar anak-anak dapat melindungi diri mereka saat kami, orangtuanya tidak berada bersama mereka.
Kami tetap melakukannya, walaupun oleh sebagian orang tua hal ini dianggap tabu. Tidak hanya itu, ternyata sebagian orang tua lainnya juga tidak tahu bagaimana cara menginformasikan tentang hal ini pada anak-anak.
Dampaknya anak-anak tidak tahu mengenali tubuhnya dan tidak tahu bagian tubuhnya yang tidak boleh disentuh selain dirinya sendiri dan ini menjadi celah terjadinya kekerasan seksual pada anak.
Salah satunya adalah kisah Aisha, seorang anak perempuan berusia 7 tahun. Dia tidak memahami apakah sentuhan yang dilakukan oleh ayahnya itu wajar dan boleh. Dia pun berusaha menceritakan keresahannya pada ibunya dan orang dewasa di sekitarnya. Namun, sayangnya cerita itu tidak mendapatkan perhatian dari mereka.
Dalam kurun waktu dua tahun, lebih dari sepuluh kali Aisha menerima perlakuan yang tidak menyenangkan dari ayahnya yang termasuk dalam kategori kekerasan seksual. Trauma dan ketakutan itu dipendamnya sendiri karena tidak tahu lagi kemana dia harus bercerita dan mengadu.
Kasus seperti Aisha bak fenomena gunung es. Kasus yang dilaporkan lebih sedikit dibandingkan yang terjadi karena beberapa faktor, di antaranya:
1. Tidak tahu kemana harus melapor
2. Beranggapan jika tidak mempunyai modal maka tidak bisa melapor
3. Takut untuk melapor karena diancam
4. Dianggap membuka aib keluarga
Gerakan Kakak Aman Lahir Dari Keresahan
Bagi seorang ibu, anak adalah kebanggaan, sumber kebahagiaan, tempat mencurahkan kasih sayang, bukan. Wajar jika seorang ibu akan berusaha melindungi buah hatinya sekuat tenaga. Sehingga saat melihat berita atau bertemu seorang anak yang mengalami kekerasan seksual, tentunya akan menyayat hatinya.
Kondisi tersebut kerap dijumpai Hana, seorang ibu dua putri yang bekerja sebagai ASN di Pemda Serang, di bawah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Hana kerap bertemu anak yang seharusnya ceria dan bermain bersama temannya, tetapi yang terjadi berbalik 180 derajat, anak tersebut terluka, ketakutan, trauma hingga depresi.
Hana pun marah, resah dan sedih melihat anak-anak yang seharusnya dilindungi tetapi justru menjadi korban kekerasan seksual. Bahkan ada yang menjadi korban dari orang terdekat anak, seperti teman, tetangga, guru bahkan orangtuanya sendiri.
Tak ingin larut dengan kondisi tersebut, Hana menghubungi temannya yaitu Nining Fatmawati dan Nining Fatimah untuk berdiskusi tentang keresahannya. Perasaan yang sama pun juga dialami kedua sahabat Hana.
Selanjutnya Hana dan sahabatnya mengunjungi sekolah dimana salah satu sahabatnya mengajar untuk menggali fakta. Mereka menemukan fakta yang mengejutkan. Rata-rata murid sekolah tersebut mengaku pernah menonton konten pornografi, sebuah tontonan yang tentunya bukan ditujukan untuk anak-anak. Salah satu pengajar juga pernah menemukan seorang anak yang iseng menggambar alat kelamin.
Miris, bukan? Namun, itulah kenyataan yang terjadi di depan mata. Akankah Hana dan sahabatnya berdiam diri? Tentu tidak, langkah berikutnya mereka mencetuskan sebuah gerakan yang diberi nama #KakakAman. Sebuah gerakan yang memiliki fokus pada upaya pencegahan kekerasan seksual anak melalui Pendidikan Seksual yang interaktif dan menyenangkan.
Perangkat Edukasi
Bermain dan cerita merupakan dua hal yang tidak akan ditolak anak. Oleh karena itu Hana dan sahabatnya menggunakan boneka tangan dan bercerita. Tidak hanya itu, Dialog interaktif serta lagu yang disertai gerakan juga media yang efektif untuk memberikan penjelasan pada anak. Sehingga anak akan lebih mudah mengingatnya dan dapat melindungi dirinya sendiri serta menyadari bahwa dirinya berharga.
Orang dewasa kadang lupa bahwa untuk menjelaskan pada anak sebaiknya menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti anak dan dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Sejatinya anak cepat belajar dapat memahami banyak hal. Setiap anak memiliki fitrah belajar yang ada sejak mereka dilahirkan.
Dengan perangkat edukasi Body Safety Kids yang diciptakan Hana dan sahabatnya, anak lebih mudah menerima informasi dan memahami pendidikan seksualitas secara aman dan edukatif. Selain itu, orang dewasa yang lain juga terbantu untuk menyampaikan hal ini pada anak. Semakin banyak orang dewasa yang memberikan pemahaman ini pada anak tentunya akan memperluas dampak karena semakin banyak anak yang memahami pendidikan seksual.
Perangkat edukasi Body Safety Kit, berisi :
Boneka tangan
Boneka berbentuk hewan lucu seperti gajah, monyet, zebra, dan lainnya.
Poster edukasi
Berisi pesan penting tentang bagian pribadi tubuh, pentingnya mengatakan "tidak", mengenali sentuhan yang tidak pantas, melapor pada orang yang dipercaya serta lirik lagu. Sehingga memudahkan anak untuk mengingatnya.
Worksheet mewarnai
Berisi pesan penting yang mirip dengan poster edukasi. Anak dapat mewarnai dan belajar dengan cara menyenangkan.
Boneka tangan hitam
Untuk memperagakan area pribadi yang tidak boleh disentuh orang lain.
Modul pendidikan seksual
Berupa modul yang dicetak sebagai panduan untuk memulai edukasi pencegahan kekerasan seksual pada anak.
Dengan menggunakan media Body Safety Kit penyampaian pendidikan seksual dapat berlangsung dengan interaktif dan menyenangkan sehingga mudah dipahami anak serta dapat 'menyelamatkan dirinya' dengan cara :
1. Berani berkata 'TIDAK'
2. Berlari ke tempat yang ramai dan aman
3. Lapor ke orang dewasa yang dipercaya
SATU Indonesia Awards
Gerakan Kakak Aman yang mengedukasi anak-anak jenjang taman kanak-kanak dan sekolah dasar tentang cara melindungi dirinya dari kekerasan seksual mengantarkan Hana Maulida mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra pada tahun 2024.
Langkah nyata Hana Maulida layak mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards karena sesuai dengan program Astra yaitu memberikan apresiasi pada generasi muda yang telah mempelopori dan memberikan perubahan pada masyarakat sekitarnya di bidang pendidikan, kesehatan, teknologi, kewirausahaan serta lingkungan.
Gerakan Kakak Aman mendapatkan penghargaan tersebut untuk bidang pendidikan dengan program "Sahabat pelindung Anak dari Kekerasan." Sebuah gerakan yang berasal dari keresahan ini telah membuat lebih dari 4000 anak teredukasi untuk memahami cara melindungi diri dari kekerasan dan situasi bahaya.
Harapan Hana
Apakah cukup dengan memperoleh penghargaan saja? Tentu saja tidak. Hana berharap bahwa semakin banyak anak yang teredukasi dan angka kekerasan seksual bisa menurun dan dapat dihilangkan.
Kakak Aman mengajarkan kita bahwa kita bisa bersama mencegah kekerasan seksual, melindungi anak menjadi korban sekaligus melindunginya menjadi pelaku kekerasan seksual. Edukasi pendidikan seksual bukanlah hal yang tabu, tetapi hal yang penting untuk menutup kesempatan pelaku kejahatan beraksi.
Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan, tumbuh di lingkungan aman serta bahagia.
#APA2025-ODOP
Referensi
1. Webinar GNFI Bersama Hana Maulida tanggal 12 September 2025
2. https://kakakaman.id/