"Makan siang bukan sekedar rutinitas harian, tetapi juga cerminan perilaku sosial, ekonomi, dan budaya sebuah masyarakat"
- Amanda Katili Niode -
Kalimat di atas merupakan kalimat pembuka Bu Amanda Katili Niode, Ketua Omar Niode Foundation dalam pengantar buku Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya.Sayapun sepakat dengan pendapat Bu Amanda.
Hal tersebut juga yang menjadi alasan saya mengikuti lomba yang diadakan Komunitas Food Blogger Indinesia. Jujurly tidak berharap untuk menang, hanya ingin berbagi cerita tentang Sego Buwuhan yang dibungkus daun jati. kuliner khas di kota kelahiran bapak saya almarhum, Bojonegoro.
Apalagi saat itu diinformasikan juga bahwa karya tulis semua peserta akan disusun jadi satu dalam sebuah e-book. Namun, ternyata bukan e-book yang diterbitkan, melainkan sebuah buku yang dicetak secara premium.
Saya tidak menyangka bukunya cantik sekali, terlebih lagi bukunya dicetak dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Selain itu, bangga rasanya bisa sebuku dengan penulis hebat.
Penasaran bukan dengan buku Tradisi Makan Siang Indonesia? Yuk ah kepoin buku yang mendapatkan penghargaan dari Gourmand Awards dengan kategori Best Book in the World ini.
Baca juga : Kesederhanaan Klepon
Kenikmatan Dalam Kesederhanaan
Anganku melayang beberapa tahun silam, saat berkunjung ke rumah kakek di Bojonegoro. Saat itu ada tetangga yang mempunyai hajat dan membagi nasi yang dibungkus daun jati. bukanlah hal yang sulit untuk mendapatkan daun jati di Bojonegoro, karena lokasinya yang dekat dengan hutan jati.
Bapak, saya, ibu dan adik pun menikmati sego buwuhan bersama. Yup satu bungkus dinikmati kami berempat. Bahagia itu sederhana, hanya sekedar makan bersama dengan lauk sederhana pun rasanya bahagia. Apakah kami kenyang? Tentu saja tidak, tapi nikmatnya tak tergantikan.
Daun jati yang cukup lebar dan kuat tidak mudah sobek tersebut dapat menampung nasi yang dilengkapi momoh tempe, mie kuning dan sayur tewel. Harum daun jati menguar dan berpadu dengan masakan saat saya menyuapkan nasi ke dalam mulut. Rasa yang tak dapat tergantikan jika sobat Dy menggunakan piring sebagai alas makan.
Tak harus makan dengan lauk yang mewah untuk merasakan nikmatnya makan. Dengan lauk yang sederhana pun nikmatnya makan dapat dirasakan.
Spesifikasi Buku
Judul buku : Tradisi Makan Siang Indonesia Khazanah Ragam dan Penyajiannya.
Editor : Amanda Katili Niode, Ph. D.
Penerbit: CV. Diomedia
Jumlah Halaman: xxiv + 482 halaman
Cetakan pertama, Agustus 2025
ISBN : 978-634-7208-12-5
Dicetak dalam bahasa Inggris dan Indonesia
Proses penyusunan buku ini memakan waktu cukup lama karena beberapa hal di antaranya:
Transformasi e-book menjadi buku cetak
Awalnya buku ini dicetak dalam bentuk e-book, tetapi pada bulan Februari 2025 rencana itu berubah menjadi buku cetak. Proses yang lebih kompleks pun terpaksa ditempuh demi terwujudnya buku yang eksklusif ini. Perbaikan tulisan agar sesuai dengan konsep buku. Penggantian foto yang resolusinya kecil dan kelengkapan lainnya.
Buku bilingual
Buku bilingual, bahasa Indonesia dan bahsa Inggris, merupakan konsep buku kuliner ini, sehingga diperlukan waktu cukup lama untuk menerjemahkan 40 karya tulis penulis sekaligus halaman epilog, sambutan, testimoni.
Hal ini semakin menambah eksklusivitas buku, karena jangkauan pembaca pun semakin luas, bukan.
Buku premium
Buku ini dicetak dengan sampul hard cover, full color serta kertas tebal premium. Tentu saja biaya cetaknya tidak murah, bukan. Selain itu, setiap penulisnya akan mendapatkan buku ini secara cuma-cuma. Hmm bisa dibayangkan bukan berapa biaya yang dibutuhkan untuk mencetaknya. Oleh karena itu, Bu Amanda memerlukan waktu untuk mencari sponsor.
Jika bukan seseorang yang mempunyai 'pengaruh' tentunya hal ini akan sulit terwujud. Hingga akhirnya buku mendarat dengan cantik di pangkuan penulisnya dan pembaca lainnya.
Baca juga : Kolak Srikaya, Makanan Khas Ramadan Untuk Berbuka Di Sidoarjo
Cerita Makanan Khas Indonesia Beserta Asalnya Dalam Buku Tradisi Makan Siang Indonesia
Ada 40 penulis yang bercerita tentang kuliner Indonesia yang berasal dari 17 provinsi di 8 pulau di Indonesia. Tentunya ada ragam cerita unik tentang kearifan lokal di dalamnya.
Uniknya kuliner Indonesia mempunyai filosofi masing-masing di balik proses pembuatannya maupun dari sejarahnya. Itulah mengapa saya beberapa kali mengabadikannya dalam tulisan di blog ini, di antaranya kesederhanaan klepon, kolak srikaya kuliner khas ramadhan di Sidoarjo, nasi kuning dengan aneka pelengkap yang berbeda berdasarkan daerahnya hingga rendang kuliner yang telah mendunia.
Cerita makan siang ini dibuka dengan cerita Simfoni rasa dalam Sajian Makan Siang Pontianak karya Eko Dony Proyogi. Setiap penulis mengisahkan uniknya kuliner di daerahnya masing-masing.
Tidak hanya itu, buku ini juga berisi aneka resep dari masakan yang diceritakan, lengkap dengan bahan dan cara membuatnya. Beneran paket lengkap lho bukunya. Pembaca tidak hanya terpuaskan dengan warna-warni masakan, tetapi juga fantasi membayangkan lezatnya aneka masakan yang diceritakan masing-masing penulis.
Walaupun saya belum pernah berkunjung ke daerah dan mencicipi kuliner yang diceritakan dalam buku, angan saya melayang membayangkan bagaimana nikmatnya makanan tersebut. Sekaligus berharap suatu hari saya dapat mengunjungi kota-kota tersebut.
Indonesia tidak hanya kaya dengan sumber daya alamnya, tetapi juga kaya ragam budaya. Namun, sayangnya perubahan jaman membuat beberapa ragam budaya mulai ditinggalkan.
Salut dengan usaha bu Amanda dari Omar Niode Foundation yang berkolaborasi dengan Yayasan Nusa Gastronomi Indonesia dan Komunitas food Blogger Indonesia untuk melestarikan warisan kuliner Nusantara.
Supaya Sobat Dy tidak penasaran apa saja cerita makanan khas Indonesia beserta asalnya dalam buku Tradisi Makan Siang Indonesia, saya bocorkan cerita makan siangnya ya :
- Simfoni Rasa dalam Sajian Makan Siang Pontianak
- Sayur Asem, Tradisi Makan Siang ala Ibu Rumah Tangga
- Sambal Pindang dan Bayam Buatan Ibu di Blitar
- Choi Pan Thjia, Penyambung Tradisi Silaturahmi Singkawang
- Garang Asem Ayam Kampung, Sayur Lodeh dan Botok Kelapa Teri
- Tradisi Makan Siang Liwetan Menyambut Tahun Baru
- Ngidang, Simfoni Rasa dan Kebersamaan dalam Tradisi Kuliner Palembang
- Soto Banjar, Tradisi Makan SIang Keluarga yang Tak Pernah Padam
- Tradisi Makan Siang bagi Ibu RUmah Tangga, Blogger dan Content Creator
- Ketika Cinta dan Berkat Bertemu di Sebuah Kotak
- Akulturasi Menu Makan Siang, Berjuta Rasanya
- Nasi Tumpeng, Simbol Keakraban dan Rasa Syukur
- Sego Jagung Mbah Sartinah, Kuliner Klasik yang Otentik
- Sego Buwuhan, Kuliner Khas Bojonegoro
- Papeda, Makanan Tradisional Favorit Kami
- Tradisi Makan Siang Indonesia
- Aku dan Mnahat Feu di Tengah Musim Panen
- Menikmati Segarnya Masakan Khas Melayu Pesisir Riau
- Saat Musim Tandur di Cikaso Sukabumi
- Nikmatnya Makan Siang dengan Ikan Kembung Goreng Sambal Ijo
- Nasi Kuning Masak Habang dan Soto Banjar, Kalimanatan Selatan
- Kaldu Kokot, Sambal Tumpang dan Selat Solo
- Tradisi Makan Siang dengan Seruit Lampung
- Ikatan Kebersamaan dalam Tradisi Makan Balanjuang di Minang
- Wisata Kuliner Suryakencana Bogor
- Menikmati Lezatnya Keong Daun Singkil di Hamparan Sawah
- Uniknya Hubungan Rotu Lapis Belanda dengan Tradisi Botram
- Ngaliwet di Saung Kebun Pepaya
- Makan Siang Bersama dalam Tradisi Masyarakat Sunda
- Pijok-pijok: Tradisi Kebersamaan dan Kehangatan Saat Makan Siang
- Semua Cerita Bertemu di Meja Makan
- Tradisi Berharga, Makan SIang Bareng Keluarga
- Sensasi Ngidang di Lampung dan Sumatra Selatan
- Makan Siang Bersama Teman Lama di Tasikmalaya
- Pallumara Suapan Ibu
- Kembul Bujana yang Sarat Makna Kebersamaan
- Rujak Cingur, Keberagaman yang Ciptakan Kebersamaan
- Cinta Dalam Semangkuk Pindang Patin Palembang
- Penyetan Protein Arek Suroboyo
- Mo Mulayadu - Tradisi Menghambur Benih
Buku ini tidak hanya bercerita tentang khazanah ragam kuliner Indonesia sekaligus penyajiannya, tetapi juga menggambarkan kearifan lokal, nilai sosial dan dinamika budaya yang terdapat dalam tradisi makan siang masyarakat Indonesia.
Jika Sobat Dy ingin mencoba ragam masakan yang diceritakan dalam buku jangan khawatir karena dalam ceritanya juga dilengkapi resep masakan, lengkap dengan bahan dan cara membuatnya, lho.
Buku Tradisi Makan Siang Indonesia Raih Gourmand Awards
Buku Tradisi Makan Siang Indonesia memang unik dan spesial kok. Tak hanya cukup mendapatkan sambutan positif dari masyarakat saat peluncuran buku di Ubud Food Festival, Buku Tradisi Makan Siang Indonesia juga mendapat meraih Gourmand Awards.
Kabar gembira tersebut diumumkan oleh President of Gourmand Awards, Eduard Cointreau di Riyadh dalam acara Saudi Feast Food Festival. Beliau memuji kedalaman riset dan makna kultural yang dihadirkan buku ini.
Buku Tradisi Makan Siang Indonesia berhasil menyingkrikan finalis lain yang berasal dari Australia, France, Tatarstan serta Venezuela,
Berbunga-bunga rasanya saat mengetahui kabar gembira ini. Double hepi lebih tepatnya. Salut deh dengan usaha Bu Amanda dalam mengedit buku ini. Jerih payah banyak pihak yang terlibat dalam penyusunannya terbayar dengan bahagia.
Baca juga : Ciri Khas Rendang, Kuliner Nusantara Yang Mendunia
Tradisi Makan Siang Indonesia Tak Hanya Sekedar Makan Siang
Makan siang bukan hanya sekedar rutinitas yang memuaskan rasa lapar saja, tetapi di Indonesia tradisi makan siang mempunyai makna yang lebih. Proses memasak hingga cara penyajian dengan teknis tertentu memiliki filosofinya dan caritanya masing-masing.
Kearifan lokal yang tak dapat digantikan oleh modernitas akan menjadi ciri khas sebagai salah satu identitas bangsa. Sebuah warisan budaya tak benda yang berharga untuk diwariskan turun temurun.
Cerita makanan khas Indonesia beserta asalnya dapat diperkaya lagi jika banyak pihak yang peduli untuk melestarikan budaya bangsa sekaligus memperkaya khazanah ragam budaya Nusantara. Semoga akan ada buku lainnya yang melengkapi buku kuliner ini karena masih banyak kuliner lain asli Indonesia yang belum terabadikan.
Referensi
1. https://mediaindonesia.com/humaniora/778370/buku-tradisi-makan-siang-indonesia-diluncurkan-di-ubud-food-festival-2025
2. https://mediaindonesia.com/humaniora/835893/buku-tradisi-makan-siang-indonesia-raih-gourmand-awards#goog_rewarded



