Hai Sobat Dy, saya kembali lagi untuk mereview buku edisi terbaru seri tuntas. Saya mempunyai beberapa koleksi buku yang ditulis Bu sejak masih bergabung di Griya Parenting. Ada juga buku yang ditulis bersama Ustad Miftahul Jinan.
Buku Tuntas Emosi, Pendidikan Keluarga untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosi merupakan serangkaian buku 'tuntas' yang ditulis Bu Ani sejak 2018. Saya sudah mereview buku Tuntas Seksualitas, buku Tuntas Kemandirian, sedangkan untuk Buku Tuntas Toilet Training sengaja saya tidak mengoleksinya karena anak-anak saya sudah melalui tahapan toilet training.
Spesifikasi Buku
Sebelum lebih jauh membahas tentang buku Tuntas Seksualitas, berikut spesifikasi bukunya :
Judul Buku : Tuntas Emosi, Pendidikan Keluarga untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosi
Penulis : Ani Christina dan Diah Mahmudah
Penerbit : Filla Press
Cetakan : 1, Januari 2023
ISBN : 978-623-96369-8-2
Tebal buku : xviii + 186
Latar Belakang
Umumnya emosi diidentikkan dengan marah, sedangkan marah adalah salah satu jenis emosi. Dalam bukunya Emotional Intelligence, Daniel Goleman menyampaikan bahwa ada delapan jenis emosi, yaitu marah, cinta, kenikmatan, takut, sedih, malu, terkejut, dan jijik.
Menurut Goleman, mengenal emosi adalah tahapan untuk meraih kecerdasan emosi. Bagaimana kita sebagai orang tua dapat mengajarkan kecerdasan emosi pada anak, jika kita sendiri belum mengenal ragam emosi.
Sayangnya edukasi tentang kecerdasan emosi ini kurang diminati oleh keluarga Indonesia dibandingkan kecerdasan intelektual. Sedangkan berdasarkan riset kecerdasan emosi mempunyai pengaruh lebih besar terhadap kesuksesan seseorang jika dibandingkan dengan kecerdasan intelektual.
Berdasarkan hal tersebut dua praktisi dua praktisi yang bergerak di bidang pendidikan dan psikologi yaitu Ani Christina dan Diah Mahmudah. Beliau berdua membagikan pengalamannya baik personal maupun profesional dalam mendampingi tumbuh kembang anak.
Pernahkah sobat Dy mendengar istilah "raise your child, raise your self"? Saya pertama kali mendengarnya saat tergabung dalam komunitas Ibu Profesional. Di kesempatan lain saya akan cerita tentang ini ya. Saat kita sedang menumbuhkan beragam potensi anak, sejatinya kita pun sedang menumbuhkan potensi diri kita sendiri. Ini benar adanya, lo. Saya sudah praktikan hal ini dan akhirnya saya menikmati proses itu dan saat ini masih berproses.
Sinopsis Buku
"Emosi anak merupakan wilayah emosi ibunya. Kehidupan emosi ibu yang sehat adalah prasyarat utama untuk kehidupan emosi anak yang sehat" - Tuntas Emosi, halaman 5.
Seorang ibu yang tidak tulus mencintai anaknya karena terluka dan sakit hati, emosi ibu yang belum tuntas, akan berpengaruh pada emosi anak. Anak akan mudah marah dan bersikap tantrum terus menerus karena kurangnya sentuhan ibu.
Seorang ibu yang keras, terlalu disiplin, kurang lemah lembut dalam mendidik anak akan mengakibatkan saat anak dewasa mudah marah tanpa memikirkan perasaan orang lain. Sentuhan lembut seorang ibu sangat berpengaruh pada perkembangan emosi anak, sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mudah marah, kurang berempati, dan sulit memahami orang lain.
"Peran ayah di masa kanak-kanak adalah mencontohkan sikap tegas agar anak-anak bisa mengendalikan emosinya" - Tuntas Emosi, halaman 9.
Anak membutuhkan figur ayah, agar anak tidak memiliki konsep diri yang rendah, tegas dengan prinsip hidup, dan percaya diri.
Di dalam buku ini juga membahas bagaimana ponsel, media sosial sudah merenggut kelekatan emosi yang seharusnya terjadi. Jiwa yang hampa karena kosongnya tangki cinta dari ayah dan ibu, diisi oleh telepon pintar dalam genggaman sejak bangun tidur hingga tidur lagi. Bagaimana anak akan belajar tentang emosi bahkan empati jika kesehariannya hanya dipenuhi layar datar, miris.
Di dalam Buku Tuntas Eoosi ini juga dijelaskan bagaimana pendidikan tuntas emosi saat anak usia dini, usia prabaligh, dan usia baligh. Penanganan yang diperlukan setiap tingkatan usia tentunya juga berbeda bukan, tidak bisa disamakan.
Saat kita sudah tuntas emosi dengan diri sendiri, maka kita dapat menjalani kehidupan dengan jiwa yang tenang. Saat dimana kita dapat mengikhlaskan setiap hal yang terjadi dalam kehidupan ini, baik yang lalu, saat ini dan yang akan datang.
Ujian hidup akan sellau ada. Ujian yang merupakan bentuk kasih sayang Allah agar kita dapat menjalani kehidupan denga ketakwaan hingga nanti saatnya kita kembali untuk menghadapNya.
Penutup
Buku Tuntas Emosi ini menarik karena menjelaskan secara lengkap hal yang terkait emosi. Mulai dari fenomena tidak tuntas emosi hingga pendidikan tuntas emosi sejak usia dini, usia pra baligh, dan usia baligh.
Buku ini sesuai dengan harapan saya saat membaca blurb yang terletak di bagian belakang buku. Buku yang tidak hanya mengenalkan emosi, tetapi juga kecerdasan emosi. Selain itu tidak hanya untuk pendidikan anak, tetapi sekaligus juga untuk perkembangan emosi orang tua. Tak salah jika judulnya Tuntas Emosi, Pendidikan Keluarga untuk Mengembangkan KEcerdasan Emosi.
Bagus banget bukunya untuk bahan parenting dan buku penunjang ilmu psikologi. Dulu pun aku sempat berpikir kalau emosi itu identik dengan rasa marah.
BalasHapusSejak membaca buku Emotional Intelligence-nya Daniel Goleman, saya menyadari betapa kita orang Indonesia ini kurang mengenali emosi diri. Saya sejak saat itu mulai mengenal emosi sendiri, mengidentifikasi perasaan, dan menamainya. Setelah itu menentukan apa reaksi yang harus saya keluarkan.
BalasHapusDalam buku Tuntas Emosi:
"Emosi anak merupakan wilayah emosi ibunya. Kehidupan emosi ibu yang sehat adalah prasyarat utama untuk kehidupan emosi anak yang sehat"
--- nah, ini saya merasakan banget dan belajar keras untuk memiliki emosi yang sehat dan ternyata tidak mudah :( ... tentunya bukan berarti tidak mungkin. :)
Terima kasih sudah berbagi, Mbak Dyah . ^__^
wah ... soal segala sesuatu tentang emosi mengingatkan saya akan film inside out. Memang bagus banget kalau kita dan generasi setelah kita makin paham dengan aneka emosi manusia ya. Makin mampu mengenali emosi, makin mampu kita mengendalikannya.
BalasHapusIni semacam buku panduan untuk mengetahui berbagai macam emosi pada berbagai umur ya mba? Memang tak mudah mengatasi emosi yang beragam ya, kita harus belajar untuk mengetahui cara menghadapinya dan solusi dari emosi tersebut
BalasHapusiya, diberikan contoh juga respon anak dan cara untuk mengendalikan emosinya
HapusDuh, ternyata peran ayah ini ikut menentukan ketegasan anak kelak dalam mengatur emosi ya ...
BalasHapusSementara kondisi terbalik justru terjadi di keluarga saya. Hem... Harus bisa segera dihentikan nih
Semoga belum terlambat
Buku Tuntas Emosi bener-bener membantu orangtua dalam mengurai apa itu emosi sendiri dan semoga dengan ibunya membaca juga bisa diterapkan saat mengasuh ananda. Penting sekali utnuk cerdas kelola emosi, agar tidak berlebihan ketika ada masalah yang dihadapi.
BalasHapusaku dulu pernah jadi emak sumbu pendek😂 susaahhh bgt kelola emosi dgn sehat
BalasHapuskyknya perlu baca buku ini yha
Ya Allah tersentil banget baca tulisan ini.. kayaknya mesti baca bukunya ini...
BalasHapuslangsung cari bukunya di ipusnas nih mbak, tentang kebutuhan regulasi emosi yang sering terabaikan, jangan sampai nak anak ngalamin kayak emaknya ini, baru belajar validasi emosi pas udah gede
BalasHapusMenarik bukunya, saya setuju banget bahwa emosi orang tua berpengaruh terhadap jiwa anak.
BalasHapusAku harus baca buku ini. Beli dimana ini mbak? Menarik banget.
BalasHapusBuku tuntas emosi ini menarik juga buat dibaca. Penting banget memang kalau bisa kelola emosi biar kehidupan lebih tentram. Pe we buat saya terutama kalau berhadapan dengan anak.
BalasHapusKecerdasan emosi itu ternyata penting juga selian kecerdasan intelegensi ya. Jadi ingat dulu pas ikut ESQ
BalasHapusWah mbak Dy aku juga ikut webinar launching dan buku tuntas emosi. Tapi, belum punya bukunya hihi.
BalasHapusBaguss nih mengelola emosi penting duh aku masih PR lhoo soal emosi ini apalagi PMS (gusti yeni)
BalasHapusbuku yang bagus untuk membantu orangtua memahami emosi pada anak dan juga melatih orang tua untuk menahan emosi.
BalasHapusSaya rasa buku benar-benar cocok untuk orang tua baru yang berencana punya anak dan ingin lepas dari masa lalu yang menyakitkan.
BalasHapusSusah rasanya kalau gegabah pengen punya anak langsung tapi ilmu untuk kontrol emosi sendiri masih bermasalah