Hingga akhirnya beberapa bulan lalu pak Suami ajak kami untuk menonton Keluarga Super Irit yang waktu itu baru launching. Sepertinya si bapak ingin memberi wawasan baru nih ke anak-anak cara pengelolaan uang dari sudut pandang yang berbeda.
Film dengan genre komedi keluarga ini memang enak untuk ditonton dan dekat dengan keseharian kita. Rencananya waktu itu setelah menonton langsung membuat reviewnya, tapi ternyata baru ditulis sekarang.
Tak mengapa ya walaupun terlambat menuliskan reviewnya semoga masih bisa dipetik hikmahnya. Ada beberapa insight yang dapat dipetik menurut saya, termasuk rumus mengatur keuangan ala keluarga Sukaharta. Uniknya film ini diperankan oleh satu keluarga full tim, jarang terjadi bukan?
Deskripsi Film Keluarga Super Irit
Judul Film : Keluarga Super Irit
Sutradara : Danial Rifky
Pemain :
- Dwi Sasono sebagai Toni,
- Widi Mulia sebagai Linda,
- Widuri Puteri sebagai Sally,
- Dru Prawiro sebagai Billy,
- Den Bagus Satrio sebagai Kenny,
- Indro Warkop sebagai Kakek Hans, Ayah Toni
Durasi film : 1 jam 56 menit
Rumah produksi : Falcon Pictures
Tayang di bioskop : 12 Juni 2025
Sobat Dy simak Official Trailer Film Keluarga Sper Irit dulu ya sebelum baca review saya
Film Keluarga Super Irit diperankan oleh keluarga Dwi Sasono. Jarang ada sebuah film diperankan oleh sebuah keluarga dengan formasi yang sama dengan kehidupan aktualnya. Dwi Sasono berperan sebagai Toni Sukaharta, yang merupakan kepala keluarga. Widi Mulia berperan sebagai Linda, istri Toni.
Widuri berperan sebagai Sally, anak sulung. Dru berperan sebagai Billy, anak tengah, sedangkan Den Bagus berperan sebagai Kenny, anak bungsu.
Baca juga : Jumbo, Salah Satu Film Tentang Bangkit Dari Bullying
Rumus Mengatur Keuangan Ala Keluarga Super Irit
Film ini cukup unik karena dari awal hingga akhir film penonton akan diberi suguhan berbagai macam jenis penghematan yang dilakukan oleh keluarga Sukaharta. Pelaku utamanya adalah Linda, sang ibu. Dia merupakan aktor utama perilaku hemat di keluarga.
Salah satu contohnya adalah saat ada promo limun. Dia berbelanja botol dan membaginya untuk beberapa kali penyajian. Saat penyajian, limun ditambahkan air sehingga menjadi lebih encer, tetapi tetap ada rasa limun. Kemudian membaginya menjadi lima gelas sesuai jumlah anggota keluarga.
Contoh lain, jika Toni bekerja menggunakan motor maka akan ada biaya perawatan motor dan bahan bakar. Namun, jika berangkat kerja menggunakan sepeda kayuh, maka biaya yang dikeluarkan cukup balsam untuk pijat. Selain itu badan lebih sehat.
Beberapa rumus mengatur keuangan yang di lakukan keluarga Sukaharta, yaitu:
1. Menyisihkan uang untuk bayar kontrak rumah per tahun
2. Anak-anak ke sekolah jalan kaki, karena sekolah dekat
3. Ayah ke kantor menggunakan sepeda kayuh
4. Belanja sesuai kebutuhan
5. Menggunakan peralatan elektronik secukupnya, misalnya menyalakan kipas angin dengan kecepatan rendah agar listrik hemat
6. Membawa bekal ke kantor dan ke sekolah sehingga tidak perlu membeli makan di luar
7. Memasak sesuai porsi sehingga tidak membuang makanan
8. Menyisihkan dana untuk biaya pendidikan anak
Akhir-akhir ini terjadi banyak PHK dengan dalih efisiensi. Hal ini pun juga dialami Toni. Perusahaan tempatnya bekerja melakukan PHK besar-besaran dan karyawan yang tetap bergabung hanya mendapatkan gaji sebesar 50 persen.
Toni pun memilih untuk tetap bergabung di perusahaan tersebut walaupun gajinya hilang 50 persen. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh pada keluarga kecil mereka. Apalagi anak bungsu, Kenny sudah persiapan masuk sekolah dasar. Dana yang dibutuhkan pun cukup besar.
Setelah dihitung-hitung oleh Linda, mereka harus lebih hemat lagi dibandingkan biasanya. Selain itu, ada berita yang tak kalah mengejutkan lagi bahwa pemilik rumah yang selama ini mereka tinggali menaikkan biaya sewa rumah dan tidak mau dicicil dengan dalih membutuhkan dana untuk meinkahkan anaknya.
Mau tidak mau mereka harus pindah yang telah lama mereka tinggali itu ke rumah lain yang sesuai dengan budget mereka. Singkat cerita rumah yang sesuai dengan budget mereka merupakan sebuah rumah di atas ruko yang sebelumnya digunakan sebagai kandang burung.
Mereka pun melakukan renovasi agar rumah layak ditinggali. Bye-bye kamar nyaman. Rumahnya jauh lebih kecil diabndingkan rumah sebelumnya. Sally dan Billy harus berbagi kamar yang hanya disekat dengan kain. Kenny tidur di lemari kesayangannya. Kamar Linda dan Toni juga hanya cukup untuk kasur.
Bagaimana dengan barang-barang mereka? Garage sale, yup mereka menjual barang-barang mereka yang layak jual sehinga tidak perlu repot menyewa kendaraan untuk memindahkan barang dari rumah lama ke rumah barunya. Hanya beberapa barang yang dibawa ke rumah baru dan mereka memindahkannya menggunakan gerobak dorong. Hemat bukan? Dapat uang pula.
Demi mencukupkan pendapatan dan pengeluaran, langkah ekstrim pun ditemukan oleh Linda yaitu menghemat air untuk cebok. Kebayang kan bagaimana kacaunya. Tapi ternyata bisa lho, malah Sally juga memberikan jatahnya untuk Billy. Lucu deh pas adegan ini.
Apakah ada kisah sedih lain setelah pemotongan gaji Toni? Hiks, sayangnya ada lagi kisah sedihnya yaitu Sally ditipu. Sally ini anak yang ulet dan kreatif. Dia ditipu tukang sablon yang mencetak kaos yang merupakan pesanan dari teman sekolahnya. Nominalnya cukup besar sehingga menguras tabungan Sally.
Untungnya teman yang memesan tersebut tidak meminta kembali uang mukanya dan memaklumi kondisi Sally. Alih-alih mendapat keuntungan dari menjual merchandise kaos. Uang tabungannya dibawa kabur tukang sablon dan ternyata tidak hanya Sally yang tertipu.
Di sisi lain, uang tabungan yang sengaja disiapkan untuk biaya sekolah Sally pun lenyap hanya tersisa puluhan juta saja karena tergiur investasi kripto dimana Toni dan Linda tidak mengetahui bagaimana kerja sistem investasi kripto.
Sehingga anak-anak, Sally dan Billy merasa semakin terpuruk. Penghematan yang mereka lakukan selama ini sia-sia, bukannya tambah kaya tapi tambah buntung.
Baca juga : Si Juki The Movie, Film Kartun Asli Indonesia
Insight Film Keluarga Super Irit
Walaupun film Keluarga Super Irit merupakan film genre komedi, tetapi tetap ada hikmah yang dapat saya petik, di antaranya
1. Tidak asal investasi mengikuti trend, bukannya untung malah buntung. Uang untuk persiapan kuliah anak-anak hilang karena asal ikut investasi kripto tanpa tahu bagaimana sistem kerjanya.
2. Tidak mengabaikan menabung untuk memiliki rumah, walaupun hanya rumah gubuk tetapi jika milik sendiri tentunya akan lebih tenang. Linda mengakui dia luput akan hal ini dan lebih memilih membayar sewa rumah dibandingkan menyisihkan uang untuk membeli rumah.
Penutup
Danial Rifky mengemas isu sosial yang terjadi di Indonesia disesuaikan dengan komiknya sehingga penyuka komiknya tetap dapat mengikuti ceritanya dengan asyik.
Walaupun film ini memberikan berbagai contoh penghematan, tetapi tetap dikemas dengan apik sehingga tidak terkesan menggurui atau mencemooh. Apakah Sobat Dy akan mengikuti rumus mengatur keuangan ala Keluarga Super Irit? Cerita aja yuk di kolom komentar bagaimana Sobat Dy mengatur keuangannya selama ini.
Menarik nih ulasannya, jadi mamin penasaaran dengan filmnya. Bakalan langsung lihat nih biar dapat insight lebih lagi
BalasHapusOh keren nih filmnya. Aku suka tema parenting yang mengajarkan anak-anak cara berhemat Gini. Ini bukan hanya anak sih, orangtuanya juga ikutan belajar hemat. Tapi pengeluaran paling besar itu memang tempat tinggal dan biaya pendidikan. Itu kalau ada dananya jangan sekali-kali diganggu. Aku jadi pengen nonton filmnya.
BalasHapusAnother Fun Fact yang keren dari film ini adalah dibintangi oleh sekeluarga. Keluarga Dwi sasono dan widi mulia darah seninya turun banget, ya, ke anak-anaknya sampai kompak semua bisa main film bareng.
BalasHapusFilmnya juga memang punya learned lesson dalam banget, tapi jadi lebih santai karena dikemas dalam bentuk komedi
Jalan kaki dan sepeda kayuh...waah hebat sekali ya..di jaman serba mager ini kayaknya kemana-mana maunya naik motor aja. Meskipun genre komedi, insight nya keren ya
BalasHapusSekilas terlihat kejam. Tapi. Ternyata relate banget dengan keadaan sebagian keluarga du Indonesia..
BalasHapusAnak-anakku juga ke sekolah seringnya dengan berjalan kaki. Jaraknya tidak terlalu jauh dan yang lebih penting badan jadi lebih sehat dan segar. Pastinya lebih hemat juga, hehe.
BalasHapusAaaa belum sempet nonton, apa ada ya di Netflix? Jadi berasa relate sama keluarga sendiri wkwkw. Filmnya cocok nih buat keluarga kecil biar tetap hemat
BalasHapusFilm kayak gini perlu kita tonton dari pada nonton konten flexing. Btw tentang menghemat air, aku juga sangat relate terutama saat mati listrik. Pernah mengalami mati listrik yang lama, dan karena air di rumah pakai pompa, jadi air nggak akan keluar kalau listrik mati. Alhasil amat sangat berhemat menggunakan air yang ada di bak air (untung pake bak air)
BalasHapusSaya sebenarnya pengin nonton film ini Mbak. Tapi kelewat. Padahal lihat dari thriller bagus. Apalagi diperankan oleh satu keluarga sesungguhnya di dunia nyata. Jadi chamesterinya dapat. Saya suka soundtrack-nya yang juga dinyanyikan oleh mereka. Juga Sally yang dinyanyikan Widi dan Widuri. Kayaknya lagi Sally itu pas Sally ditipu tukang sablon ya.
BalasHapusmaaf Pak saya lupa, yang ingat banget itu lagu rumah kita, dimanapun dan bagaimanapun kondisi rumah tapi yang penting rumah sendiri
HapusJleb banget ini buat saya
Keluarga Super Irit ini kereeeen, walaupun bagian jatah air sebotol buat cebok itu terasa sangat diluar nurul bagiku. Hehe.... Yang lain-lainnya udah lama kuterapkan, meskipun nggak seekstrem itu. Btw, komik KSI ini selalu jadi inceran di grup jastipku. Mbak Dy mau gabung?
BalasHapuswkwkwk, ngakak banget pas Billy kehabisan air, tapi memang pernah dalam kondisi susah air aku mbak, ya ampun perjuangan banget menghemat air ini.
HapusUntuk jastipnya bisa jadi reseller ga aku mbak, biar bisa sekalian jalan ga hanya untuk konsumsi pribadi hehehe
Aah....sayaa jafi pengen nonton filmnya deeh...ada dimana ini filmnya? Kalau saya sih mendahulukan pengeluaran wajib dan nabung kalau masih ada sisa baru kebutuhan sekunder.
BalasHapuswaktu itu kami nonton di bioskop sih mbak, kalau sekarang belum cek lagi sudah ada di Netflix atau belum
HapusBeberapa film kami sengaja tunggu tayang di Netflix sih baru nonton wkwkwk
Sangat menginspirasi! Pengaturan keuangan memang butuh strategi, ya. Saya jadi teringat, dulu keluarga saya juga menerapkan prinsip mirip, seperti masak sendiri, bawa bekal, atau naik kendaraan umum biar hemat. Intinya, kita harus tahu apa yang benar-benar jadi prioritas. Sangat setuju, investasi itu harus dipelajari dulu. Jangan sampai ikut-ikutan tren tanpa tahu risikonya, nanti malah buntung. Salam irit dan sehat selalu!
BalasHapusBener banget, pas nonton film ini jadi merasa tersentil deh, uang puluhan juta menguap gegera ikutan inves kripto yang ga tahu itu gimana kinerjanya, padahal itu uang untuk daftar kuliah, jadi kan berasa sia-sia penghematan yang dilakukan selama ini
BalasHapusDaku familiar dengan judulnya, tapi belum pernah nontonnya. Mantap sih, lewat nonton film dapat insight bagaimana agar menghemat, sekaligus gak buang-buang makanan
BalasHapusNama keluarganya gitu banget ya. Sukaharta. Hehehe... Tapi, bener deh. Investasi yang asal tuh bukannya akan memberikan kita keuntungan. Yang ada malah bikin buntung lah.
BalasHapusPenting banget buat meningkatkan kiterasi finansial ya spya kalau dapat uang bisa dikelola dengan baik jadi sebenernya ya ga perlu irit banget hehehe
BalasHapusKalo banyak kebutuhan, gaji di atas UMR juga tetap harus ngirit ya, dan intinya sesuai kebutuhan. Pas banget film ini dengan kehidupan saya hehehe. btw, udah nulis review film gak jadi-jadi malah udah lewat berbulan-bulan nih..., btw lagi film ini menginspirasi buat kehidupan keluarga yang serba pas, gimana caranya ngatur keuangan yang pas-pasan ya...
BalasHapus