Siapapun membutuhkan jeda sejenak dari rutinitas harian. Hal ini dilakukan untuk melepas penat, karena melakukan hal yang sama secara terus menerus tentunya akan membuat seseorang jenuh bahkan stres, bukan?
Oleh karena itu, wajar jika seseorang membuat agenda liburan dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Salah satunya adalah pergi ke daerah wisata seperti Bali yang mempunyai banyak destinasi wisata.
Saat hari libur nasional yang jatuh berdekatan dengan akhir minggu atau hari libur nasional yang jatuhnya berdekatan akan menjadi incaran pekerja untuk mengambil cuti. Cukup mengambil cuti satu atau dua hari, tetapi bisa mendapatkan libur tiga hingga lima hari. Tentunya hal ini sangat menyenangkan, bukan?
Pemesanan tiket transportasi, akomodasi hingga menggunakan jasa wisata pun dengan mudah dilakukan. Salah satu dampak kemajuan dunia digital adalah kemudahan akses informasi. Masyarakat dapat dengan mudah menemukan rekomendasi tujuan wisata, baik melalui platform Online Travel Agent atau OTA, platform media sosial maupun jasa penjualan tiket perjalanan.
Dua kata kunci yang umumnya digunakan masyarakat saat mereka memutuskan berselancar menggunakan platform Online Travel Agent adalah Praktis dan Murah.
Praktis karena saat masyarakat menggunakan platform OTA, mereka dengan mudah mendapatkan informasi tentang pilihan transportasi yang akan digunakan, penginapan, hingga jasa wisata lengkap dengan fasilitas yang diperoleh dan harga yang ditawarkan.
Murah karena diskon dan cashback yang diberikan pun cukup menggiurkan. Selain itu, masyarakat juga dapat membandingkan langsung tiap obyek wisata tujuan baik harga atau fasilitas hingga hal lain yang dapat dipertimbangkan pengguna platform.
Hal ini tentu saja menguntungkan bagi pengguna platform. Namun, apakah pihak penyedia jasa tour, khususnya di wilayah Bali akan diuntungkan dengan kehadiran OTA? Simak jawabannya di artikel ini ya agar Sobat Dy tidak penasaran.
Daya Tarik Bali
Bali, sebuah pulau indah di bagian tengah Indonesia ini begitu populer. Kepopulerannya bahkan mengalahkan daerah wisata lain di Indonesia yang tak kalah indahnya. Bahkan beberapa orang asing lebih mengenal Bali dibandingkan Indonesia.
Banyak faktor yang menyebabkan Bali lebih populer, dilansir dari berbagai sumber penyebabnya sebagai berikut :
-Belanda memperkenalkan Bali terlebih dulu dibandingkan Indonesia. Bahka nama Bali sudah ada sejak 914 Masehi, sebelum Indonesia lahir.
-Beberapa majalah asing menobatkan Bali sebagai salah satu pulau terindah di dunia.
-Bali memiliki banyak pantai yang indah dan terumbu karang yang indah serta panorama alam yang memukau.
-Bali menggabungkan keindahan alam, kekayaan budaya, dan keramahtamahan masyarakat menjadi suatu hal yang menarik.
-Beberapa film asing dan dokumenter diproduksi di Bali.
Wajar bukan jika Bali menarik wisatawan baik asing maupun lokal untuk berkunjung kesana dan menikmati keindahan panorama alamnya dan keramahtamahan masyarakat sekaligus menikmati kekayaan budayanya. Sebuah paket kearifan lokal yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Untuk menjawab kebutuhan masyarakat mendapatkan informasi tentang Bali termasuk wisata alam, bagaimana cara mengaksesnya hingga akomodasi saat di Bali maka bermunculan penyedia jasa tour Bali.
Tidak hanya pemilik usaha penyedia jasa wisata lokal yang tertarik untuk mengembangkan usahanya di Bali, pemilik usaha penyedia jasa asing pun juga melakukan hal yang sama. Bahkan Online Travel Agent pun tak mau ketinggalan untuk menjadikan Bali sebagai salah satu produk yang ditawarkan di platformnya, termasuk pemesanan tiket perjalanan, akomodasi selama di Bali, hingga paket wisata.
Online Travel Agent (OTA) Bagai Pedang Bermata Dua
Seorang pengusaha yang sudah memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis, maka harus menyiapkan diri juga saat menghadapi kerikil, batu hingga terjun ke jurang yang curam sekalipun. Kurang lebih begitulah gambaran apabila pengusaha berhadapan dengan kompetitor yang memiliki kemampuan dan kekuatan yang lebih besar untuk menguasai pasar, termasuk penyedia jasa wisata.
Tak dapat dipungkiri kehadiran OTA menguntungkan pemilik bisnis besar karena bisnisnya lebih dikenal dan mendapatkan pesanan dari konsumen dengan nominal yang tidak kecil. Namun, bagaimana dengan pemilik bisnis lokal yang baru berkembang, apakah mereka juga mendapatkan kesempatan yang sama dengan pemilik bisnis besar?
Sayangnya hal ini tidak menghasilkan jawaban yang sama. Bagi para pemilik bisnis lokal seperti jasa tour Bali kehadiran OTA seperti "Pedang Bermata Dua". Di satu sisi berpotensi menggerus margin keuntungan, sedangkan di sisi lain juga mengenalkan bisnis penyedia jasa wisata yang dimilikinya kepada masyarakat.
Dalam waktu dekat mungkin hal ini tidak terlalu tampak dampaknya pada usaha yang dijalankannya. Namun, seiring waktu bisnis lokal yang dijalankannya mungkin tidak berkembang.
Pemilik bisnis kesulitan mengembangkan usahanya seperti pengadaan barang, meningkatkan keahlian dan kemampuan karyawan, hingga penambahan fasilitas untuk pelanggan. Hal ini disebabkan karena keuntungan yang diperoleh tipis, sehingga margin yang diperoleh hanya cukup menutup biaya operasional.
Jika hal ini terjadi terus menerus, dapat dibayangkan yang terjadi berikutnya adalah bisnis tersebut tutup. Persaingan ketat dengan kompetitor yang ketat baik dari segi pelayanan, variasi produk maupun inovasi lainnya tidak dapat bersaing dengan kompetitor yang lebih kreatif dan memiliki margin yang lebih besar.
Setiap OTA memiliki kebijakan masing-masing dan berlaku untuk setiap pemilik bisnis lokal yang bekerja sama dengan mereka. Hal ini termasuk dalam penentuan harga jual maupun diskon hingga pembagian keuntungan. Sehingga akan berdampak pada margin yang diperoleh pemilik usaha lokal.
Monopoli Harga Hingga Penggunaan Aset Elektronik Tanpa Izin
Bukan menjadi rahasia lagi jika harga yang ditetapkan Online Travel Agent memiliki harga yang relatif terjangkau. Hal ini sesuai dengan alasan masyarakat memilih menggunakan platform OTA, yaitu Praktis dan Murah. Sehingga menguntungkan pengguna atau pelanggan OTA. Namun, sayangnya belum tentu berlaku hal yang sama pada pemilik jasa wisata.
OTA meminta pemilik jasa wisata untuk menentukan harga yang paling murah sehingga OTA dapat menggunakan berbagai jenis model marketing psikologi sehingga menarik pengguna platform untuk membeli layanan yang ditawarkan di platform OTA.
Namun, tidak hanya cukup sampai di situ, OTA juga menggunakan aset elektronik berupa foto milik penyedia jasa wisata tanpa izin pada platform miliknya. Mirisnya penggunaan aset elektronik tersebut juga disertai penggantian logo jasa wisata menjadi logo OTA.
Hal ini tentu saja melanggar etika karena menggunakan sesuatu yang bukan miliknya untuk keperluan komersial. Tidak hanya itu, tindakan tidak terpuji tersebut juga melanggar Undang-Undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Pada pasal 32 UU Nomor 11 tahun 2008 disebutkan “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik.” Dalam pasal tersebut tertera dengan jelas aturan yang melarang penggunaan mengubah suatu informasi berupa elektronik milik orang lain.
Suara Yang Tak Didengar
Sangat disayangkan, pihak penyedia jasa wisata yang berusaha menyuarakan pendapatnya dengan lantang untuk mencari keadilan justru dianggap menantang maut. Karena hal yang dilakukannya melawan pihak yang memiliki pengaruh lebih besar. Sehingga secara tidak langsung pihak jasa tour yang menjadi korban harus menggunakan cara lain untuk menyuarakan ketidakadilan yang telah dialaminya.
Namun, apakah hal ini menjadi pertanda bahwa pemilik usaha besar memang mampu melakukan tindakan melanggar hukum dan merugikan pemilik usaha yang lebih kecil? Dan pertanyaan selanjutnya apakah akan ada normalisasi atas tindakan seperti ini?
Semoga hal tersebut tidak semakin merajalela dan seandainya tidak dapat dihilangkan, setidaknya praktik kecurangan tidak merajalela dan pemilik jasa wisata yang tertipu tidak semakin banyak merugikan penyedia jasa wisata lokal.
Adakah Cara Efektif?
Sebagai pemilik penyedia jasa tour sebaiknya mengetahui dan melakukan riset terlebih dahulu bagaimana cara mengelola dan mengembangkan bisnisnya sebelum bekerjasama dengan platform Online Trading Agent. Hal ini penting untuk dilakukan agar tidak terjadi kecurangan yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan bisnis jasa wisata di masa mendatang. Setidaknya pemilik usaha tidak mudah tertipu dengan kerjasama yang seolah-olah menguntungkan, tetapi ternyata menjerumuskan usahanya pada jurang kehancuran.
Yuk dukung penyedia jasa tour lokal agar tetap eksis berkarya untuk negeri. Dan jika Sobat Dy mengetahui kecurangan yang terjadi, segera laporkan pada pihak berwajib. Jika bukan kita sebagai anak bangsa yang peduli, siapa lagi yang akan peduli dengan #KaryaLOKal bangsa kita sendiri?
#saveKaryaLOKal
#KaryaLOKal
#tolakOTAasing
#monopoliOTA
#wisatalokalbersuara
Sebenarnya keberadaan tour and travel ini menguntungkan banyak pihak, mulai dari masyarakat yang ingin menggunakan jasa wisata, atau pengelola tempat wisata hingga pebisnis UMKM pun diuntungkan. Namun ternyata masih ada sedikit polemik juga ya bagi pebisnis tour and travel ini. Semoga ke depannya tidak ada lagi kecurangan-kecurangan yang merugikan pihak tour and travel...
BalasHapusBali sebagai destinasi wisata yang dikenal di dunia tentunya sangat mempengaruhi persaingan usaha penyedia travel, jadi perlu diperhatikan regulasinya biar fair dan tidak mementingkan pihak tertentu saja
BalasHapusPengen banget jalan-jalan ke Bali tapi akhir-akhir sering baca cerita mengenai kondisi wisata disana semoga dengan adanya penyedia jasa tour bisa semakin memajukan usaha disana
BalasHapusTernyata OTA juga berdampak negatif ya dan keuntungan bagi pebisnis kecil malah menipis. Semoga ada solusi jitu atau digencarkan lagi marketingnya sehingga mendapat customer dari luar OTA.
BalasHapusSebenarnya dengan segala pesona Bali yang memikat, saya yakin Bali akan terus dikunjungi turis baik lokal maupun mancanegara. Jadi jangan alih-alih promo murah, tapi keuntungan tipis, bahkan bisa saja tak menutupi. Jadi harga sewajarnya saja.
BalasHapusTerus penggunaan foto itu memang melanggar etika. Sangat dirugikan pemilik foto. Nanti malah yang seenaknya menggunakan foto yang untung.
Setuju untuk penyedia jasa tour bisa lebih teliti sebelum membuka usahanya, agar ketika berjalan bisnis tersebut bisa punya pengalaman yang oke, sehingga hal² yang tidak diinginkan seperti adanya monopoli saat kerjasama, bisa diminimalisir
BalasHapusTantangannya benar-benar besar banget ya, Kak. Penyedia jasa tour benar-benar dihadapkan pada situasi yang tidak mudah kalau seperti ini
BalasHapusBali memang memiliki daya tarik tersendiri untuk mengundang wisatawan baik asing maupun domestik. Perlu pembenahan yg baik lagi ya supaya tidak ada pihak yg dirugikan. Karena Bali juga masa depan Indonesia. Harus diperhatikan bersama
BalasHapusGimana ya, kayaknya di Bali ini anomali sekali. Nggak cuma jasa tur, penduduk lokal saja banyak yang jadi korban kapitalisme.
BalasHapusJasa online travel agent pribadi skrg kalah saing dgn layanan OTT serupa. Mereka lbh kuat modal sehingga bs bakar modal lbh banyak utk mengakuisisi pelanggan.
BalasHapusSbg pemilik travel agent, kita seharusnya bs bekerja sama dgn layanan OTT agar bisnis kita mkn dikenal. Tentu dgn memberikan pelayanan yg ramah kpd turis. Ga hanya turis asing tp jg turis lokal. Ini yg kdg masyarakat Bali malah meremehkan turis lokal krn dianggap tdk memberikan penghasilan yg lumayan.
Ada aja kerikil dalam membangun bisnis ya. Ternyata ada aja yang curang dalam membangun bisnis wisata. Mengambil hak orang lain tanpa izin yang malah merugikan. Giliran mau menuntut, kok malah jadi kita yang salah jadinya, huhu.
BalasHapusWah, serem gitu yaa..
BalasHapusSetiap orang bisa jadi predator bagi orang lain. Dan semoga karya Lokal bisa menjadi andalan wisatawan dalam negeri, terutama... dengan kualitas dan harga yang kompetitif.
Saya lebih suka menggunakan jasa tour lokal karena mereka lebih tau wilayah setempat. Dan paham budayanya juga.
BalasHapusSepertinya memang perlu ada regulasi yang mengatur penerapan harga pada OTA yang wajar, agar jasa tour lokal bisa terus berkembang. Semoga pemerintah bisa lebih memperhatikan da memberi solusi untuk masalah ini.
BalasHapusMari kita dukung karya lokal sehingga mereka bisa berkembang dan bersaing dengan OTA asing. Semoga pemerintah bisa mencari solusi untuk masalah ini.
BalasHapusPermasalahan OTA ini makin marak yah, pihak-pihak terkait seperti kementrian pariwisata harus ambil bagian, ada banyak hal yang harus dibenahi agar tidak ada lagi yang dirugikan.
BalasHapusTapi pesona Bali yang memikat, akan membuat Bali terus dikunjungi turis baik lokal maupun mancanegara.toi ini jadi catatan penting sebelum ke Bali
BalasHapusJadi kasian yang punya jasa tour lokal, jadi bersaing sama OTA ya. Yang pertama kali mulai OTA siapa sih? Sebetulnya karena kebutuhan pasar ya munculnya tapi kalo dimonopoli kayak gitu kan yaaa gimana yaa.. Huhu sedih. Berarti kalo ke Bali mending pake jasa tour lokal aja ya mbak? Sekalian mendukung ekonomi pengusaha lokal gitu. Aku jujurly belum pernah ke Bali, masukin wishlist dulu lah ya.
BalasHapusPersaingan bisnis semakin lama semakin serem, ya. Berbagai pihak saling menekan harga dengan mengorbankan keuntungan yang tidak seberapa itu. Semoga segera ada solusi untuk penertiban harga pada OTA, agar bisnis lokal tidak 'tercekik' terus menerus.
BalasHapusEmang kalau kayak Gini tuh dilema banget ya. Satu sisi butuh eksposure dari OTA, tapi mereka juga nggak mungkin ngasih gratis kan? Tapi harusnya jangan jadi memonopoli ya. Kasian pengusaha yang baru merintis itu. Bisa latu sebelum berkembang mereka, kalah sama biaya operasional dananya.
BalasHapusMemang si dengan adanya OTA itu memudahkan dan kadang tuh dapet harga murah tapu ternyata ada sisi menyedihkannya karena bisa jadi tidak memberikan dampak yang baik bagi warga lokalnya.
BalasHapus