Achmad Irfandi Memberikan Solusi Mengatasi Anak Kecanduan Gadget

Jumat, 18 Agustus 2023

 

Achmad Irfandi memberikan solusi untuk kecanduan gadget

"It takes a village to raise a child," sebuah pepatah Afrika yang mungkin kerap kita dengar. Terjemahan bebasnya kurang lebih diperlukan satu desa untuk membesarkan seorang anak. 

Di sisi lain perkembangan teknologi yang semakin pesat ibarat pisau bermata dua. Jika digunakan secara tepat teknologi dapat mendukung kehidupan manusia. Namun, di sisi lain teknologi juga akan menjerumuskan manusia. Salah satu sisi negatif teknologi adalah kecanduan gadget.

Dunia anak adalah dunia bermain, belajar pun akan lebih menyenangkan jika dilakukan dengan bermain. Namun, apa jadinya jika anak-anak asyik dengan gadgetnya masing-masing. Tidak ada lagi anak yang bermain benteng-bentengan, bermain layangan di lapangan.

Achmad Irfandi, pemuda asal Sidoarjo memberikan solusi mengatasi anak kecanduan gadget. Apa hubungan pepatah Afrika dengan permainan dan kemajuan teknologi? Simak lebih lanjut hingga akhir artikel ya.


Kemajuan Teknologi

Tak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi saat ini mempunyai banyak pengaruh bagi perkembangan anak. Sisi positifnya anak dapat mempelajari hal-hal baru dan menyenangkan melalui gadget. Beberapa metode pembelajaran juga menggunakan gadget sebagai sarana untuk menghemat waktu maupun tenaga.

Namun, di sisi lain kemudahan yang diperoleh saat menggunakan gadget membuat anak menjadi kecanduan gadget. Anak menjadi tergantung pada teknologi dan gadget, misalnya: belajar bahasa menggunakan metode yang ada di gadget. Padahal ada metode lain yaitu dengan lembar aktivitas, komunikasi dengan orang sekitar.

Tidak hanya untuk belajar, gadget juga dapat menjadi sarana bermain. Aneka ragam jenis gim daring pun sudah tersedia, anak-anak dapat dengan mudah mengunduhnya kemudian memainkanya. Di sisi lain, gim daring telah menjadi salah satu cabang olahraga. 

Perkembangan teknologi tentunya bermanfaat bagi kehidupan manusia, termasuk untuk perkembangan anak. Namun, apa jadinya jika anak tidak dapat mengndalikan dirinya sehingga anak terjebak pada efek negatif teknologi.


Dampak Kecanduan Gadget

Penggunaan gadget yang berlebihan pada anak berpotensi merusak otak anak. Dilansir dari Badan Siber dan Sandi Negara, bahwa berdasarkan penelitian terbaru, ditemukan 30% anak di bawah usia enam bulan telah terpapar gadget sekitar 60 menit per hari secara rutin.

Gadget dapat berpotensi merusak otak anak lebih tinggi jika anak terpapar gadget sejak dini. Beberapa dampak yang muncul jika anak kecanduan gadget misalnya:

-Anak menjadi agresif atau pemarah jika tidak memegang gadget

-Anak tantrum jika gadget diambil

-Anak tidak tertarik bermain di luar rumah

-Anak memaksimalkan penggunaan gadget agar bisa bermain lebih lama

-Anak mengalami kurang tidur sehingga kemmapuan fokusnya menurun

-Anak cenderung tidur siang dan terjaga di malam hari.

-Anak mengalami terlambat berbicara

-Anak akan mengalami gangguan penglihatan

Dampak negatif yang ditimbulkan bisa mempengaruhi kesehatan fisik maupun psikologisnya. Otak anak masih dalam proses berkembang sehingga dampak yang ditimbulkan pada anak lebih besar jika dibandingkan pada orang dewasa.


Achmad Irfandi

Dunia anak-anak adalah dunia bermain dan fitrah anak adalah bergerak. Namun apa jadinya jika permainan tersebut digantikan dengan memainkan permainan di gadgetnya masing-masing? Telepon pintar yang hadir saat ini pun sudah didesain untuk mendukung sesorang dapat memainkan gim daring dengan optimal.

Hal tersebut semakin diperparah dengan tidak adanya pengawasan dari orang tua. Tayangan yang tidak mendidik pun dengan mudahnya hadir dalam genggaman anak-anak tanpa permisi. 

Beberapa pengaruh negatif yang ditimbulkan gadget membuat beberapa orang pelaku perubahan sosial membuat suatu kegiatan literasi yang dilakukan dengan cara berkolaborasi bersama salah satu komunitas di Sidoarjo. Kegiatan ini dipimpin oleh Achmad Irfandi, seorang pemuda warga desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo.

Kegiatan yang dimulai sejak April 2018 tersebut terus berkembang dan menambahkan permainan tradisional dalam agendanya. Kegiatan ini mendapat sambutan positif hingga diadakan beberapa kali.

Puncaknya sebuah kegiatan akbar yang diikuti oleh 475 anak dan 100 orang relawan diadakan pada Agustus 2018 dan lahirlah diksi Kampung Lali Gadget. Sebuah kegiatan yang memberikan solusi untuk mengatasi anak kecanduan gadget.

Konsep yang diusung adalah mengajak anak bermain dalam permainan tradisional sehingga anak dapat mempelajari budaya, saling berinteraksi dengan teman-temannya, dan yang terpenting anak tidak lagi kecanduan gadget. 

Kampung Lali Gadget menyediakan tempat untuk bermain, mengimbangi kemajuan teknologi dengan kearifan lokal yang ada sehingga anak yang tidak bisa mengendalikan dirinya dan tenggelam dalam gadgetnya dapat teralihkan perhatiannya. 


Bekerja Sama Dengan Warga

Seperti disampaikan sebelumnya bahwa dibutuhkan satu desa untuk membesarkan anak. Oleh karena itu, Achmad Irfandi dan teman-temannya mengajak warga sekitar untuk mewujudkan idenya.

Namun, tidak semua niat baik akan mendapat sambutan baik juga. Walaupun tidak mendapatkan penolakan langsung dari warga sekitar, tetapi ada juga pihak yang tidak mendukung. 

Namun, seiring waktu kegigihannya untuk mewujudkan idenya akhirnya mendapat dukungan warga sekitar. Warga sekitar pun mendapatkan manfaat dengan didirikannya Kampung Lali Gadget. Tak hanya itu, beberapa sukarelawan juga bergabung untuk bermain bersama anak-anak. 


Kampung Lali Gadget

Kampung Lali Gadget merupakan sebuah inovasi sosial yang menggunakan permainan tradisional untuk mengatasi kecanduan gadget. Permainan tradisional mempunyai banyak manfaat dan ragam nilai yang dapat dipetik. 

Menurut Achmad Irfandi, permainan tradisional dapat membangun karakter dan kreativitas anak. Sikap yang ingin dibangun adalah sikap saling menghargai sesama, toleransi,  kesederhanaan, dan mencintai Indonesia.

Sesuai konsep yang diangkat yaitu mengatasi kecanduan gadget, maka saat berkunjung ke Kampung Lali Gadget, anak-anak termasuk orang dewasa tidak membawa gadget, apapun bentuknya. Semua harus bersenang-senang memanfaatkan fasilitas yang disediakan.

Kampung Lali Gadget mengangkat kearifan lokal, sehingga fasilitas yang disediakan pun mendukung kegiatan yang diadakan di sana. Fasilitas yang ditawarkan tentu saja penuh canda tawa dan kebersamaan.

Berikut fasilitas yang ditawarkan di Kampung Lali Gadget:

Balai Among

Balai Among merupakan bangunan semi terbuka yang berfungsi sebagai sekretariat utama sekaligus sebagai ruang pertemuan. Bangunan yang dibangun pada tahun 2021 ini cukup untuk menampung sekitar 70 orang.

Kampung Lali Gadget  Balai Among


Gubuk Ilmu

Sesuai namanya gubuk ilmu merupakan perpustakaan yang berisi aneka buku sebagai bahan bacaan dan alat bantu belajar anak-anak. Selain itu, tersedia juga berbagai permainan tradisional.

Kampung Lali Gadget Gubuk Ilmu


Kebon Gayam

Kebon gayam merupakan sebuah lahan seluas sekitar setengah hektar yang dikelilingi pohon gayam dan pohon bambu. Sebuah tempat yang dapat menampung sekitar 200 anak untuk bermain bersama. 

Toilet, kamar mandi, serta warung jajanan juga tersedia untuk mendukung kegiatan anak-anak. Museum Dolanan Rakyat Indonesia atau Mudori sedang dalam proses pengadaan di area ini juga. Rencananya museum ini nantinya dapat menjadi wahan terpadu untuk merawat koleksi berbagai mainan tradisional sekaligus menjadi pusat informasi kajian permainan tradisional. 

Kampung Lali Gadget Kebon Gayam


Sawah

Dua petak sawah disediakan sebagai laboratorium pertanian untuk mengeksplorasi materi pertanian dan pangan serta arena bermain lumpur. 

Kampung Lali Gadget Sawah

Kandang Babok

Kandang Babok merupakan area spot foto yang menarik karena ada tulisan Kampung Lali Gadget yang merupakan identitas kampung ini. Kandang Babok merupakan gasebo yang dulunya adalah kandang ternak.

Kampung Lali Gadget Kandang Babok



Anak-anak yang berkunjung tidak perlu mengeluarkan biaya karena mereka mendapatkan beasiswa bermain dari Kampung Lali Gadget. Istilah beasiswa diciptakan karena di Kampung Lali Gadget bermain setara dengan kurikulum di sekolah. Anak-anak tidak hanya bermain, tetapi juga dilibatkan untuk membuat permainan dari awal hingga akhir.

Selain itu, anak-anak juga diajak untuk berinteraksi secara langsung dengan teman-temannya, misalnya untuk mengangkat mainan yang besar, atau bermain menangkap ikan yang memerlukan kerjasama agar ikan yang diperoleh banyak. Tema permainan pun diubah setiap minggunya sehingga anak-anak dapat mendapatkan aneka pembelajaran.


Penutup

Permainan tradisonal yang dihadirkan di Kampung Lali Gadget dapat mengatasi anak kecanduan gadget. Keberadaannya hanya untuk mengimbangi dampak buruk gadget dan mencegah anak kecanduan gadget. 

Keberadaannya tidak menafikkan kemajuan teknologi infomasi yang berkembang saat ini. Yuk, ajak anak-anak untuk bermain bersama agar anak-anak tidak kecanduan gadget.


Referensi

1.https://iniklg.com/

2.https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/penggerak-konservasi-budaya-kampung-lali-gadget.

3.https://www.jawapos.com/surabaya-raya/01350903/achmad-irfandi-pendiri-kampung-lali-gadget

4.https://validnews.id/kultura/achmad-irfandi-dan-kampung-lupakan-gadget

42 komentar

  1. Kecanduan gadget menjadi masalah anak saat ini. Ternyata bisa membahayakan kesehatan mata dan tulang belakang (cenderung membungkuk). Perlu edukasi juga. Kalau perlu ancam ke dokter mata hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Anak saya sudah jadi contoh nyata. Sedih banget. Adanya edukasi permainan tradisional begini memang bisa jadi solusinya nih

      Hapus
  2. Masalah kecanduan gadget bagi anak bisa membahayakan kesehatan mata dan membuat anak sering membungkuk. Oh ya, saya follow blog ini ya. Jangan lupa follow balik. Thx

    BalasHapus
  3. Wow memberi inspirasi sekali ... ingin ikut berkunjung kesana

    BalasHapus
  4. Harus ada batasan kapan anak boleh menggunakan gadget dan berapa lama durasinya, karena diusia yang masih kecil di bawah 5 tahun seharusnya anak belum memegang gadget yang jika diakses lama akan menimbulkan masalah kesehatan. Syukurlah ada Kampung Lali Gadget yang bisa membantu memberikan alternatif kegiatan/aktivitas positif untuk menghindarkan atau mengurangi kontak anak dengan gadget.

    BalasHapus
  5. Kalau kampungnya kaya gini, asli anakku pasti ya betah poll. Isinya permainan ketangkasan. Dan bener banget, anak-anak sekarang kalau ditanya tahu permainan bentengan yang ada malah disodorin Mobile Legend. Semoga kampung ini bisa jadi panutan kampung lain untuk melestarikan permainan tradisional. ❤️

    BalasHapus
  6. Wah keren banget ya kegiatannya bisa mengalihkan anak dari gadget, semoga makin banyak lagi generasi muda menggagas ide ide yang dapat mencerdaskan anak anak bangsa seperti Mas Achmad Irfandi ini

    BalasHapus
  7. Keren banget ya program Kampung lali gadget ini kegiatan positifnya tentu memberi banyak manfaat buat anak. Dukung banget kalau programnya ini diadakan sampai ke seluruh Indonesia.

    BalasHapus
  8. Semoga orang-orang seperti Achmad Irfandi ini semakin banyak ya di Indonesia. Indonesia sekarang bisa dibilang darurat kecanduan gadget. Selain peran dari pemerintah, ortu juga harus bisa kontrol anaknya biar gak candu gadget..

    BalasHapus
  9. Sedih lihatnya kalau di desa-desa yang harusnya anak-anak pada main permainan tradisional, malah ngumpul duduk dan keluarin hp masing-masing. Parahnya lagi mereka bukan hanya candu tapi omonganny itu super duper toxic.

    BalasHapus
  10. Masyaa Allah ya. Ide seperti ini patut diapresiasi. Kami juga punya anak beranjak remaja. Sekarang di saat mereka remaja, malah lebih kudu bikin bonding melalui permainan/jalan-jalan. Jadi ga tergantung sama gadget. Dan mereka jadi tahu untuk bersenang senangvtak hanya dengan HP.

    BalasHapus
  11. menarik idenya, kampung lali gadget. Adik aku sendiri kalau aku melihatnya, dia udah kayak kecanduan hape, kerjaannya pegang hape dan main terus-terusan, sampai-sampai ngerjain hal yang lain jadi males dan saat main game kayak ga pengen diganggu.
    kalau liburan sekolah ikutan di kampung Lali Gadget kayaknya seru juga ya, bisa ketemu teman-teman baru juga

    BalasHapus
  12. pesatnya perkembangan teknologi harus diimbangi dengan pengetahuan cara penggunaanya sehingga teknologi memberikan dampak positif bagi kehidupan

    BalasHapus
  13. Menarik sekali ada kampung Lali Gadget. Dengan adanya banyak kegiatan menarik maka keinginan membuka gadget jadi tidak terlalu terasa.

    BalasHapus
  14. sya suka bgt tips permainan rakyat dan tradisional yang saat ini udah jarang bgt ditemui..
    anak2 saat ini dan banyak kawula muda emang lebih pasif bgt untuk bergerak, serta angka obesitas di Indonesia justru meningkat, karena efek dari kecanduan game yang muda diakses di gadget2.. miris bgt

    BalasHapus
  15. Kampung Lali Gadget adalah contoh inovasi yang sangat inspiratif dalam mengatasi tantangan modern seperti kecanduan gadget, dengan merangkul kearifan lokal dan nilai-nilai budaya. Dalam dunia yang semakin terkoneksi secara digital, permainan tradisional membuktikan diri sebagai alat yang kuat untuk membangun karakter dan kreativitas anak-anak.

    BalasHapus
  16. Nah ini baru saran yang solutif. Karena kebanyakan orang melarang anaknya menggunakan gadget tapi gak punya alternatif kegiatan. Daerah² lain mesti tiru nih semangat seperti ini.

    BalasHapus
  17. Menarik banget ya programnya. Tinggal gimana caranya nih bikin anak-anak yang suka gadget main di sini

    BalasHapus
  18. Asli keren sih Mas Achmad Irfandi ini. Gebrakan bikin Kampung Lali Gadget buat anak² ini keknya juga bakal digandrungi orang dewasa deh. Hehe.. Semoga ada banyak kaum muda yg terinspirasi sama Mas Achmad yah.

    BalasHapus
  19. Gadget memang merupakan ancaman serius bagi masa depan anak2 masa kini. Sayangnya banyak orang tua yang tak sadar telah meracuni otak anaknya dengan gadget. Interaksi sosial yang mengurangi interaksi anak dengan gadget adalah solusinya. Mengembalikan dunia anak seperti di masa lalu, ketika belum ada smartphone.

    BalasHapus
  20. Ya meski gadget itu ada manfaatnya, tapi dalam penggunaan untuk anak memang harus dibatasi.
    Adanya kampung kali gadget ini sungguh bisa jadi rekomendasi untuk mengalihkan perhatian anak dari kecanduan gadget ya

    BalasHapus
  21. Nah, saya pengen banget main ke sini soalnya kan deket aja dari Surabaya. Memang Indonesia butuh sosok seperti Achmad Irfandi agar anak tak selalu menatap layar gadget

    BalasHapus
  22. Ide desa tanpa gadget ini ide yang bagus, Mbak. Langsung saya forward ke bos saya. Siapa tahu bisa diterapkan di Bali hihihi

    BalasHapus
  23. Wahh menarik, kampung lali gadget memberikan manfaat tersendiri untuk anak-anak agar mereka lupa dgn gadgetnya. Berbagai permainan2 di sana dihadirkan, anak2 pasti bahagia. Hal ini perlu menjadi contoh yang baik nih, biar anak2 tidak kehilangan masa2 kecilnya ini tanpa gadget.

    BalasHapus
  24. Saran yang benar-benar solutif banget untuk mengatasi kecanduan gadget, ada wadah untuk anak-anak berkegiatan yang seru, sehingga gadget hanya digunakan untuk keperluan tertentu saja.

    BalasHapus
  25. Masalah kecanduan gadget memang bisa sampai merusak sel otak sih ya. Fitrahnya mereka memang masih bermain di alam atau minimal bermain bersama orang tuanya

    BalasHapus
  26. Sebisa mungkin ya lupakan sejenak dengan gadget apalagi buat anak-anak, karena berdampak juga untuk perkembangannya ke depannya. Siip banget ini kampungnya

    BalasHapus
  27. Idenya sangat kreatif meski sbnrnya kita smua bs melakukannya di rumah loh. Tp ide kampung ini luar biasa loh. Di saat anak muda berlomba mengenalkan teknologi, ini malah mengenalkan permainan tradisional dan buku2 agar mereka ga terlalu memegang gadget.

    BalasHapus
  28. Cantiknyaa..
    bisa nongki di balai among. Kadang, kita tuh terbiasa dengan serba instan dan mudah. Jadi tanpa gadget, suka tantrum. Jangankan untuk anak, orangtua pun gitu ya..
    Jadi penting banget untuk merilekskan dan kalau bisa menjadi habit yang baik untuk menyeimbangkan kehidupan bersama Kampung Lali Gadget.

    BalasHapus
  29. Wah andai dekat SDH kubawa anak2 ke sini mba. Memang betul sekali nih idenya Pak Arfandi, untuk menjauhkan anak dri gadget tentunya harus diberikan solusi pengalihan kegiatan, supaya anak2 ada wadah untuk menyalurkan energi selain pada gadgett.

    BalasHapus
  30. Pengen kukenalkan sama anak anakku bahwa bahagia itu enggak selalu bisa nonton kartun di rumah haha
    Belajar dari alam itu bisa jadi salah satu kuncinya bahagia jadi anak anak

    BalasHapus
  31. Wah keren banget Kak Achmad Irfandi ini. Sepertinya kita butuh banyak ya Kampung-kampung Lali Gadget lainnya di seluruh penjuru nusantara ya. Dampak gadget untuk anak itu memang benar-benar nyata, emosi yang meledak-ledak atau tantrum salah satunya. Semoga kita bisa ikut ambil bagian menyemangati anak untuk beraktivitas lain selain bermain gadget.

    BalasHapus
  32. Aktivitas di Kampung Lali Gadget seru banget ya. Zaman memang makin canggih, tapi PR-nya juga lebih banyak apalagi urusan kecanduan gadget. Semoga Achmad Irfandi lain bisa muncul dan ngembangin kampung kaya gini ya

    BalasHapus
  33. Kecnaduan gadget ini pun bukan cuman anak-anak yang kena, remaja dan orang tua pun bisa kena juga. Sekarang sya juga sudah mulai mengurangi kebiasaan ini agar nggak kecanduan, sesekali coba baca buku buat mengurangi main gadget.

    BalasHapus
  34. Barakallahu fiik, Achmad Irfandi yang telah mencurahkan perhatiannya untuk anak-anak Indonesia yang kelak mereka juga menjadi orangtua. Apa yang bisa kita wariskan selain sikap yang baik dan santun. Sehingga adanya Kampung Lali Gadget bisa menumbuhka rasa-rasa sosial yang kini sudah mulai tergerus.

    BalasHapus
  35. Salut dengan sosok Achmad Irfandi yang berjuang untuk kebaikan anak-anak agar terlepas dari kecanduan gadget sampai terbentuknya kampung lali gadget, usaha yang memang layak diapresiasi dan mudah-mudahan terus dapat dikembangkan sehingga kemanfaatannya dapat terus dirasakan oleh anak-anak Indonesia

    BalasHapus
  36. Terobosan yang bagus dari mas Achmad Irfandi. Saya setuju, gadget memang menjadi masalah yang serius untuk anak. Saat ini pun saya sedang mengalami hal tersebut. Anak saya baru usia 2,5 tahun tapi sudah kecanduan gadget. Meskipun dengan melihat gadget anak saya menjadi sering minum susu, namun sedih rasanya. Saya takut gadget akan menggangu kesehatan mental dan fisik anak saya. Andai saja kampung lali gadget dekat rumah saya.

    BalasHapus
  37. Semoga makin banyak sosok Achmad Irfandi yang bisa mengatasi kecanduan penerus generi bangsa terhadap gadget. Bener banget gedget itu luar biasa sekali berpengaruhnya sama anak

    BalasHapus
  38. Seru banget permainan-permainan yang ada di Kampung Lali Gadget ini. Jadi inget masa-masa kecil dahulu di tahun 90-an. Turut berbahagia ada sosok seperti Achmad Irfandi yang peduli pada generasi mendatang.

    BalasHapus
  39. Perlu diapresiasi dan diteladani nih Pak Irfandy... Kiprahnya luar biasa ya buat atasi kecanduan gadget pada anak. Jadi ingat, dulu anak2 5isiplin banget masalah gadget. Tapi setelah pandemi jadi buyar... Paham kan penyebabnya? Buat yang punya baby nih... Jangan kenalkan gadget pada bayi ya

    BalasHapus
  40. Sangat inspiratif jejak langkahnya pak Irfandy ini ya Mbk. Beneran sangat bermanfaat buat anak-anak di tengah gempuran teknologi, kecanduan gawai.

    BalasHapus
  41. Keren sekali ide dan eksekusi kegiatannya ya kak. Kecanduan gawai memang amat terasa saat ini. Bahkan anak balita saja sudah bisa melenggang asyik bersama gawai. Hal seperti ini patut diimbangi agar tak terjadi hal buruk kedepannya.

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel hingga akhir. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup.
Kritik dan saran membangun sangat dinanti.

Terima kasih