Cara Mengatasi Masalah Komunikasi Dalam Keluarga

Senin, 25 Juli 2022

 

masalah komunikasi dalam keluarga

Sobat Dy pernah enggak sih mengalami hal seperti ini? Sudah ngomong panjang lebar eh yang diajak bicara abai dengan apa yang kita bicarakan. Dongkol kan rasanya? Bagaimana ya cara mengatasi masalah komunikasi dalam keluarga?

Sebelum mengatasi masalah komunikasi ini, yuk, kita cari tahu  dulu kesalahan komunikasi dalam keluarga. Setahun lalu, saya sempat mengikuti Kuliah WhatsApp bersama Nuraini Faizal, ibu empat orang putra dalam acara Hexagon City Virtual Conference.

Mbak Iin, panggilan akrabnya adalah teman satu co housing dengan saya di Co-Housing3 Psikologi and Empowerment. Main saya kejauhan ya atau kurang jauh sampai saya nyangkut di Co-House yang berisi para sarjana psikologi dan psikolog. Padahal waktu itu saya hanya ingin fokus belajar mindful, ternyata dimasukkan ke kumpulan psikolog. Ya sudahlah, pasti ada hikmahnya, dinikmati saja ilmu dan kesempatannya.

Kembali ke laptop. Bersama mbak Iin saya belajar tentang sepuluh kesalahan komunikasi orang tua kepada anak. Hmm ... sepertinya berat ini. Apakah seberat itu, yuk disimak saja dulu hasil belajar saya bersama beliau yang merupakan alumni fakultas psikologi di salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Disclaimer, saya bukan ahli parenting, saya hanya meresume hasil belajar saya. 


10 Kesalahan Komunikasi Orang tua Kepada Anak

Apa saja sebetulnya kesalahan komunikasi yang mungkin terjadi oleh orangtua terhadap anaknya?

Instruktif

Komunikasi orangtua secara instruktif kepada anak, artinya anak diarahkan dalam segala hal, termasuk hal sepele. Akibatnya anak akan akan menjadi kurang inisiatif, kurang percaya diri dalam melakukan banyak hal. Mengapa? Karena anak tidak terbiasa berpikir sendiri. Setiap hal diatur atau diarahkan oleh orang tua.

Contoh saat anak menumpahkan air. Orangtua segera memerintah atau memberi instruksi ke anak dengan tujuan agar cepat beres. "Cepetan ambil pel, angkat gelasnya, pindahin buku-bukunya, cepetan nanti keburu basah semua ... !" dan masih banyak lagi.

Sebaiknya latih anak untuk berpikir bagaimana caranya menghadapi suatu masalah dengan menggunakan pertanyaan terbuka agar tumbuh kesadaran dari dalam diirnya sendiri. Sehingga anak melakukan sesuatu karena anak mengerti apa yang dilakukannya tanpa harus diminta atau diinstruksikan oleh orang lain. 

Contohnya, "Kenapa, Nak? Ooo ... airnya tumpah ya ... Terus apa yang dilakukan supaya bukunya tidak basah dan tidak ada orang lain yang terpeleset karena lantai yang licin?"


Bicara dengan nada tinggi dan penuh kemarahan

Bicara dengan nada tinggi dan penuh kemarahan akan membuat anak sulit mengerti dimana kesalahannya. Contohnya saat pagi hari, anak sudah mendapat teriakan dengan nada tinggi, "Bangun!", "Mandi!", "Sholat!", Bahkan istighfar dan takbir pun diucapkan dnegan nada tinggi, "Astaghfirullah!!! Gimana sih kamu sudah siang begini belum mandi juga?!"

Apalagi jika anak melakukan kesalahan, orangtua akan mengomel panjang lebar, contohnya "Kamu kan tahu bunda lagi ngepel, kok mlaah mondar mandir sih?! bla .. bla ...'" dan masih banyak lagi. Siapa yang seperti ini? Hayo ngaku aja? Hehe.

Coba jika nada bicaranya diubah menjadi nada rendah dan sampaikan tanpa emosi negatif, "Dik, kalau bunda lagi ngepel, jangan mondar mandir ya, biar lantainya cepat kering dan tidak kotor lagi."


Tidak ada kontak mata

Tidak ada kontak mata ketika berkomunikasi dengan anak atau kalaupun ada kontak mata dilakukan dalam posisi yang tidak sejajar. Akibatnya pesan tidak sampai ke anak anak merasa diacuhkan dan merasa diintimidasi.

Setidaknya saat berkomunikasi ke anak, tatap anak dengan penuh cinta dnegan jarak kurang dari 45 cm, sejajarkan mata. jika perlu sambil berjongkok agar anak tidak merasa terintimidasi.


Hadir seutuhnya

Ada tapi tiada, orang tua menolak menanggapi anak. menanggapi hanya sekenanya. Enggak enak banget kan ya rasanya. Itulah yang dirasakan anak jika orang tua tidak hadir seutuhnya.

Contoh, ketika anak tengah mengerjakan tugas sekolah dan bertanya kepada ibunya tentang suatu hal yang belum dipahaminya. Orang tua menolak dengan mengatakan, "Baca aja deh bukunya, ibu lagi repot nih di dapur!"

Sebaiknya ketika anak membutuhkan kehadiran atau bantuan orang tua, maka orang tua seharusnya berusaha untuk hadir seutuhnya sepenuh jiwa raga dengan menghadapkan jiwa dan tubuh orang tua ke arah anak untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan ole anak.


Disambi dengan kegiatan lain

HaL ini mirip dengan kesalahan sebelumnya, Orang tua berkomunikasi dengan anak sambil melakukan kegiatan lain. Contohnya "Udah ngomong aja, bunda denger kok!" Bundanya sambil masak atau melihat HP.

Akibatnya anak merasa dirinya tidak penting bagi orangtuanya. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya orang tua meninggalkan pekerjaan yang sedang dilakukannya saat itu dan fokus menghadapi anak.

Anak akan merasa sangat berharga dan sangat penting. Karena orangtuanya yang sedang sibuk menghentikan kegiatannya untuk melayani kebutuhannya atau mendengarkan kata-katanya.


Melarang anak menangis, terutama anak laki-laki

Melarang anak menagis, terutama pada anak laki-laki akan mematikan radar sensitivitasnya. Anak akan tumbuh menjadi individu yang kurang sensitif dan kurang bisa berempati. Sebaiknya anak diperbolehkan menangis, selanjutnya anak mengendalikan emosinya.

Bantu anak untuk mengendalikan emosinya. bukan mematikan emosinya. Pada kasus tertentu anak menangis terlalu lama (durasi lebih dari 15 menit). Sobat Dy dapat membantu mempercepat penyaluran emosinya dengan dipeluk sambil didielus punggunggnya. Setelah tenang, kita dapat membahas apa yang menyebabkan anak menangis sambil menyakan keinginan atau perasaan anak, sehingga emosi anak tersalurkan dengan baik.


Membandingkan anak

Kadang masuk orang tua untuk membandingkan anak adalah agar anak menaikkan kualitas dirinya. Namun, ternyata hal ini justru membuat anak merasa tidak berharga sehingga kurang percaya diri dan ketika anak berabjak remaja anak cenderung tidak menghargai orang tua.

Setiap anak unik, maka sebaiknya orang tua menghargai keunikan anak. Setiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.


Menakuti anak dengan hal yang tidak logis

Kadang orang tua mengalami kesulitan untuk mengajak anak melakukan sesuatu. Kemudian menggunakan cara pintas dengan menakuti anak dengan hal ya tidak logis. Contohnya "Kalau enggak mandi, nanti diikutin setan, lo," atau "Kalau bohong, nanti hidungnya panjang, lo."

Sebaiknya orang tua tidak melakukan hal tersebut. Diharapkan orang tua mengajarkan anak berpikir logis dan berdasarkan fakta.


Mengemukakan aneka kesalahan ketika bersalah

Orang tua yang cenderung mengemukakan aneka alasan ketika melakukan kesalahan akan membuat anak menjadi belajar untuk tidak emngakui kesalahan dan bahkan menimpakan kesalahan pada orang lain. 

Contohnya ketika ayah lupa menjemput anak di sekolah. Sang ayah memberikan alasan bahwa bel sekolah bunyi terlalu cepat, sehingga anak menunggu ayah terlalu lama untuk menjemput. Sebaiknya sikap ayah mengakui saja kesalahan yang telah diperbuatnya. Dengan demikian anak akan belajar untuk mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atas kesalahannya.


Bertanya sendiri, jawab sendiri

Kadang orang tua meminta anak untuk mengambil keputusan atas suatu hal, tetapi kemudian dibatalkan sepihak oleh orang tua, karena orang tua merasa pilihannya lebih baik atau lebih tepat dibandingkan piliha anaknya sendiri.

Akibat yang muncul berikutnya adalah anak merasa tidak dipercaya atau dianggap tidak mam[u mengambil keputusan. Sehingga saat anak diminta untuk mengambil keputusan suatu hal, anak akan abai atau acuh tak acuh, karena merasa keputusannya tidak akan dipakai. Anak akan merasa percuma saja, toh nanti keputusannya akan dipilihkan atau diputuskan oleh orang tua.

Sebaiknya orang tua memberikan anak kesempatan untuk mengambil keputusan snediri dan bertanggung jawab atas apa yang sudah dipilih atau diputuskannya. 


Penutup

Sebagai orang tua tidak hanya mencukupi kebutuhan gizi anak, tetapi juga mencukupi kebutuhan mentalnya. Salah satunya adalah dengan memperbaiki komunikasi yang salah antara orang tua dengan anak, sehingga masalah komunikasi dalam keluarga dapat diatasi

39 komentar

  1. Beruntungnya para anak-anak zaman now, karena mereka hidup di saat ilmu dengan mudah didapat dari internet. Orang tua yang gak bisa dapat ilmu parenting yang berharga seperti ini di zaman ini, rasanya keterlaluan.
    Kita yang masa kecilnya di zaman literasi sangat sedikit, mungkin banyak yang harus berjuang melawan keterbelakangan pendidikan dan konsep diri yang salah akibat kurangnya literasi orang tua kita di masa mereka muda. Sehingga menerapkan pola asuh yang kurang tepat. Nice article! Sangat bermamfaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. setiap orang tua sudah mempunyai fitrahnya menjadi orang tua

      Hapus
  2. Komunikasi penting banget memang mbak, perlu diajarkan sejak kecil. Karena kenyataannya di keluarga, lingkungan tetangga, di tempat kerja orang yang udah pada tua banyak yang susah berkomunikasi dengan baik yang bisa berujung salah paham dan pertengkaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe kembali ke orangnya masing-masing juga sih mas, mau belajar atau tidak

      Hapus
  3. Nice artikel kak! Komunikasi emang menjadi hal yang sangat penting, malah komunikasi ini adalah dasar dari menjalani hubungan. Oleh karenanya berkomunikasilah yang baik, agar tercipta suasana yang nyaman. Thanks ka sudah sharing! Semoga bisa saya terapkan nanti kepada anak saya :)

    BalasHapus
  4. skill komunikasi dalam keluarga ini penting banget dipahami. sehingga keluarga akan lebih hangat dan memiliki bonding yang kuat

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup, ujungnya ke bonding antar anggota keluarga sih

      Hapus
  5. sebagai seorang ibu, sejujurnya,saya juga masih melakukan kesalahan dalam berkomunikasi dengan anak. terutama pas lagi capek sementara anak minta diperhatikan, ini ujian utamanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mbak, sayapun, semangat menemani anak-anak

      Hapus
  6. Bagus banget, kak Dy..
    Aku uda lama banget gak ikut seminar. Dan ketika yang dibicarakan masalah komunikasi, ini menjadi sangat bermanfaat apalagi terkait mendidik anak usia pra-remaja, dimana mereka membutuhkan kepercayaan dari orangtuanya agar menjadi pribadi yang lebih kuat ketika berada di lingkungan masyarakat.

    Aku jadi ingat seminar Komunikasi Produktif-nya Bu Elly Risman.

    BalasHapus
  7. Wadaw! Pala rasa dipentokin nih baca tulisan ini, jadi mikir saya masih harus banyak belajar lagi jadi orang tua

    BalasHapus
  8. saya belum berkeluarga, artikel ini cocok juga dibaca meski belum menikah, sebagai persiapan karena komunikasi ini penting

    BalasHapus
  9. Komunikask hal terpenting dalam mengasuh anak. Percaya gak percaya, cara kita berkomunikasi dengan anak saat ini, adalah cerminan cara anak berkomunikasi dengan kita di kemudian hari.

    BalasHapus
  10. bisa berkomunikasi dengan baik dengan anak, memang suatu yang penting sih, karena terkadang ada beberapa orang tua yang memaksanya untuk anak dengan standar susut pandang zamanya mereka padahal zaman selalu berkembang dan banyak perubahan

    BalasHapus
  11. Memang menjadi orang tua adalah pekerjaan yang paling berat ya. Bahkan sangat banyak poin-poin kesalahan yang dilakukan orang tua yang tanpa sadar akan membentuk karaktek anak yang juga salah di masa depan.

    BalasHapus
  12. Sangat bermanfaat sekali kak untuk dijadikan ilmu pengetahuan nya, thanks

    BalasHapus
  13. Setuju, nih, mba, komunikasi yg terjalin intens memang bisa memperbaiki hubungan, terlebih lagi antara ibu dan anak, yg penekanannya memang ke pendidikan dan pengasuhan. Saya juga masih banyak belajar tentang ini, meski anak2 SDH beranjak terus dewasa. MasyaAllah. Thanks for sharing mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sami-sami mbak, sama-sama belajar mbak, saya pun juga begitu

      Hapus
  14. Artikel ini menarik, semoga artikel ini ditemukan oleh mereka yg butuh pemahaman parenting.. Karena, sangat di syangkan dengann mudahny akses untuk belajar..tapi mash banyak orang tua yg gagap parenting.

    BalasHapus
  15. Komunikasi yang baik memang sangat diperlukan dalam setiap hubungan terutama dalam keluarga, baik antara suami-istri atau orang tua-anak. Terima kasih mba sudah sharing cara mengatasi masalah komunikasi dalam keluarga.

    BalasHapus
  16. Ilmu yang mahal ini mbak, dan beberapa saya mengalami dan mengiyakan :(

    BalasHapus
  17. Cara mainnya simpel sebenarnya, jangan ada HP diantara kita. Biarlah cerita-cerita mengalir apa adanya agar bisa bonding antara keluarga.

    BalasHapus
  18. ilmu sangat dibutuhkan untuk kita yang memiliki anak kecil. terima kasih

    BalasHapus
  19. Pernah sih kak, biasanya sama temen. Diajak ngomong, eh malah sibuk sendiri. Ditanya ulang, juga nggk dijawab.

    BalasHapus
  20. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan membaca artikel hingga akhir. Silakan tinggalkan jejak di komentar dengan bahasa yang sopan. Mohon tidak meninggalkan link hidup.
Kritik dan saran membangun sangat dinanti.

Terima kasih